Laman

Jumat, 15 Februari 2013

Makalah Penyakit Anthrax



BAB I
PENDAHULUAN
a.             Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air dimana-mana dan juga sering menyebabkan banjir. Itulah yang menyebabkan bakteri-bakteri penyebab anthrax dapat berkembang biak dan menyebar dengan sangat mudah di Indonesia .
Anthrax adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut. Penyakit ini umumnya menyerang tenak domestik, seperti domba, kambing dan sapi. Tetapi manusia juga dapat terinfeksi karena mengkonsumsi daging yang sudah terkena bakteri, adanya kontak sembrono dengan hewan yang sedang sakit anthrax atau terkena tanah yang tercemar bakteri. Bakteri anthrax bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit, paru-paru atau saluran pencernaan. Gejala umum serangan anthrax pada manusia berupa mengalami halusinasi buruk dan pernapasannya terganggu , juga bisul berwarna hitam kemerahan yang pabila pecah akan menimbulkan luka dan meninggalkan cacat.
Penyebab Anthrax adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk hidup. Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-akarnya. Akibatnya spora anthrax yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di rumput, terbawa keluar dan berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh ternak yang lemah akibat kekurangan makanan dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax. Selain itu spora ini juga dapat menyebar karena terbawa banjir seperti kasus di Bogor. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonotik penting , yang saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonotik berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini hampir setiap tahun selalu muncul di daerah endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.
Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan.
Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Selama tahun 1899 - 1900 di daerah Karesidenn Jepara tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dan sejumlah itu 207 ekor mati. Pada tahun 1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985, anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati. Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap tahun ada kejadian anthrax di Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa manusia. Akhir-akhir ini diberitakan media elektronik maupun cetak, 6 orang dan Babakan Madang meninggal dunia gara-gara memakan daging yang berasal dan ternak sakit yang diduga terkena anthrax. Kejadian ini telah mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil Iangkah proaktif untuk meneiti kejadian ini agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.
Inilah yang mendasari saya mengangkat masalah tentang penyakit anthrax . Karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa dan bagaimana penyakit anthrax itu sebenarnya. Anthrax termasuk kedalam penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan berbagai macam kerugian lainnya. Untuk itu saya berharap dengan makalah ini masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan pencegahan penyakit anthrax dan pengobatannya jika telah terserang penyakit ini.
b.             Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Apakah penyebab penyakit anthrax ?
2.      Bagaimanakah cara pencegahan penyakit antrax ?
3.      Bagaimanakah cara pengobatan penyakit antrax ?

c.              Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam penulisan makalah ini saya hanya membatasi di seputar penyakit anthrax baserta cara pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit anthrax tersebut.
d.             Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
a.    Mengetahui apa penyebab penyakit anthrax .
b.    Mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit antrax .
c.    Mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit antrax .

e.              Manfaat Penulisan
1.    Memberitahukan kepada masyarakat apa dan bagaimana penyakit anthrax itu.
2.    Memberitahukan kepada masyarakat bagaimana cara pencegahan penyakit antrax dan bagaimana cara pengobatan penyakit antrax bagi masyarakat yang terserang penyakit ini.
3.    Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyakit anthrax.


BAB II
PEMBAHASAN
a.             Pengertian Penyakit Antrax
Anthrax adalah penyakit infeksi gawat yang disebabkan oleh bakteri yang bernama bacillus anthracis. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan, namun juga dapat menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang telah dijangkiti, jaringan hewan yang tertular, atau tehirup spora antraks. Pada umumnya, penyakit anthrax yang berakibat fatal itu terjadi apabila orang menghirup bakteri anthrax dalam kadar yang tinggi saat bakteri berubah menjadi spora. Spora bakteri antrax ini bisa disebar-luaskan oleh angin karena ukurannya yang sangat kecil.
Spora yang terhirup kemudian masuk ke paru-paru dan kembali berkembang menjadi bakteri anthrax ganas yang mengakibatkan pendarahan dan rusaknya paru-paru, sehingga korbannya akan meninggal dalam waktu kira-kira satu minggu.
Anthrax sebetulnya bukan penyakit baru dan sudah diketahui sejak lama oleh para peternak sapi, kambing dan biri-biri. Khususnya di mana ternak potong itu tidak di vaksinasi, seperti di dunia berkembang. Para pekerja peternakan biasanya terkena penyakit anthrax kulit karena bersentuhan dengan dari hewan-hewan yang sakit. Kata para pakar 95 persen kasus anthrax yang diketahui adalah anthrax yang menyerang kulit, dan mudah diobati.
Selain penyakit anthrax yang disebabkan oleh spora yang masuk ke tubuh manusia lewat saluran pernapasan, anthrax juga bisa ditularkan lewat daging yang tercemar dan tidak dimasak dengan sempurna.
Kata para pakar kesehatan, spora anthrax baru bisa menimbulkan bencana kalau masuk ke dalam tubuh manusia dalam jumlah cukup banyak, yaitu antara 2,500 sampai 50,000 butir spora yang kecil.
Kalau orang terhirup spora anthrax dalam jumlah cukup banyak, orang itu akan sakit seperti orang yang terkena demam influenza. Otot-otot sakit, kemudian demam, yang dilanjutkan dengan kesulitan bernapas dan akhirnya orang yang bersangkutan akan mati. Karena itulah bakteri anthrax dalam bentuk spora itu dianggap sebagai bencana potensial kalau digunakan sebagai senjata pemusnah massal.
Penyakit antraks paling sering terjadi pada binatang herbivora akibat tertelan spora dari tanah. Spora dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama di dalam tanah. Burung gagak dikatakan dapat berperan dalam penyebaran mikroorganisme ini. Kejadian luar biasa epizootik pada herbivora pernah terjadi pada tahun 1945 di Iran yang mengakibatkan 1 juta domba mati. Program vaksinasi pada binatang secara dramatis menurunkan mortalitas pada binatang piaraan. Walaupun demikian spora antraks tetap ada dalam tanah pada beberapa belahan dunia.
Pada manusia terdapat tiga tipe antraks yaitu: antraks kulit, antraks inhalasi, dan antraks gastrointestinal. Antraks inhalasi secara alamiah sangat jarang terjadi. Di Amerika Serikat dilaporkan 18 kasus antraks inhalasi dari tahun 1900-1976. Hampir semua kasus terjadi pada pekerja yang mempunyai risiko tertular antraks, seperti tempat pemintalan bulu kambing atau wool atau penyamakan kulit. Tidak ada kasus antraks inhalasi di AS sejak tahun 1976.
Secara alamiah antraks kulit merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan diperkirakan terdapat 2000 kasus pertahunnya di seluruh dunia. Pada umumnya penyakit timbul setelah seseorang terpajan dengan hewan yang terinfeksi antraks. Di AS dilaporkan 224 kasus antraks kulit dari tahun 1944-1994. Centers for diseases Control and Prevention (CDC) melaporkan kejadian antraks kulit dari tahun 1984-1993 hanya tiga orang, dan satu kasus dilaporkan terjadi pada tahun 2000. Kejadian luar biasa terjadi di Zimbabwe pada tahun 1978-1980 yang mengakibatkan 10.000 orang terjangkit antraks kulit terutama pada pekerja perkebunan. Kejadian itu terjadi akibat perang yang menyebabkan terhentinya program vaksinasi, kerusakan infrastruktur medis dan veteriner.
Walaupun jarang terjadi, di Afrika dan Asia ledakan kasus antraks gastrointestinal masih sering dilaporkan. Kejadian luar biasa 24 kasus antraks gastrointestinal terjadi di Thailand pada tahun 1982. Kejadian itu terjadi akibat konsumsi daging kerbau yang terkontaminasi dan proses pemasakan yang tidak sempurna. Kejadian epidemi antraks pada manusia berhubungan langsung dengan epizootik pada ternak.
Pada tahun 1979 di Sverdlovsk bekas Uni Soviet pada fasilitas mikrobiologi militer terjadi kasus kecelakaan keluarnya aerosol spora antraks yang mengakibatkan paling tidak 79 kasus antraks dan 66 orang meninggal. Aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat, dan berpotensi menyebar beberapa kilometer.
Pada tahun 1970 World Health Organization (WHO) memperkirakan apabila 50 kg antraks dijatuhkan pada penduduk urban berjumlah lima juta orang akan mengkibatkan 250.000 terjangkit antraks dan 100.000 orang meninggal. AS pada tahun 1993 memperkirakan 130.000-.3 juta orang akan meninggal akibat aerosol spora antraks seberat 100 kg yang terbawa angin di Washington DC, dan hal itu setara dengan daya bunuh bom hidrogen. Dari model ekonomi diperkirakan biaya yang harus dikeluarkan sebesar 26.2 milyar dolar tiap 100.000 orang tertular.
Sejak September 2001 tercatat 12 kasus antraks di AS, dua kasus inhalasi (satu kasus fatal) terjadi pada pekerja penerbit tabloid di Boca Raton, Florida, empat kasus inhalasi antraks (dua kasus fatal) terjadi pada pekerja pengirim surat di Washington DC, Trenton, New Jersey. Enam kasus lainnya menderita antraks kulit. Dari surat kabar dilaporkan 28 orang di kantor senat terpapar antraks pada swab nasal.
b.             Penyebab Penyakit Anthrax
Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri Bacillus anthracis. Cara masuknya ke dalam tubuh kita adalah dengan cara penempelan bakteri Bacillus anthracis langsung di kulit; mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri Bacillus anthracis; atau menghirup udara yang terkontaminasi spora bakteri Bacillus anthracis.
c.              Jenis-Jenis Penyakit Anthraks
Jenis-jenis penyakit anthrax bisa dibedakan berdasarkan tempat-tempat bakterinya menyerang.
1.    Cutaneous anthrax. Yaitu penyakit anthtrax yang menyerang jaringan kulit.
2.    Gastrointestinal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang perut akibat memakan makanan yang terkontaminasi bakteri anthrax.
3.    Inhalational anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang saluran pernapasan akibat menghirup spora bakteri anthrax.
4.    Oropharyngeal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang tenggorokan akibat memakan makanan yang terkontaminasi bakteri anthrax.
Dari keempat jenis penyakit anthrax di atas, Inhalational anthrax adalah jenis yang paling mematikan dan cutaneous anthrax adalah yang paling banyak terjadi.
Ada 4 jenis antraks yaitu :


d.         Gejala Penyakit Anthrax
·      Gejala Penyakit Anthrax Pada Manusia
Gejala yang terjadi saat menderita penyakit anthrax tergantung kepada jenis penyakit anthrax yang dideritanya.
1.    Cutaneous anthrax. Gejalanya berupa benjolan yang awalnya kecil dan kemudian membesar. Benjolan ini bisa sangat gatal. Masa inkubasinya (masa yang dibutuhkan dari sejak masuk hingga menjadi penyakit) adalah sekitar 5 -7 hari. Lalu, benjolan menjadi terisi cairan dengan diameter 1-3 cm. Lama-kelamaan, benjolan berair ini akan membentuk luka seperti lecet dengan bagian pinggiran yang kemerah-merahan. Di hari ke-7 hingga ke-10 terjadi pembengkakan kelenjar getah bening; sakit kepala; dan demam.
2.    Inhalational anthrax. Gejalanya pertama muncul di hri ke-1 sampai hari ke-7. Akan tetapi menghilang setelah 60 hari. Gejala yang terjadi pada inhalational anthrax biasa adalah berupa flu, sakit tenggorokan, demam, dan sakit otot. Adapun untuk inhalational anthrax yang tidak biasa (membahayakan), gejala bisa ditambah dengan sesak napas dan demam tinggi. Kematian bisa terjadi dalam 24-36 jam setelah gejala berkembang.
3.    Gastrointestinal anthrax. Gejala terjadi di hari ke-1 sampai ke-6 yang berupa kerusakan/borok lambung; borok lidah dan tonsil; sakit tenggorokan; hilang selera makan; muntah-muntah; dan demam. Gejala ini bisa ditambah dengan sakit bagian perut; muntah darah; dan berak darah. Dalam 2 hingga 4 hari; cairan akan mengisi rongga perut. Kematian akan terjadi di hari ke-2 sampai hari ke-5.
4.    Oropharyngeal anthrax. Gejala yang terjadi berupa demam; pembengkakan kelenjar getah bening di leher; sakit tenggorokan yang berat; susah menelan; serta sakit lambung dan lidah.


·      Gejala Penyakit Anthrax Pada Hewan
1.    Perakut (sangat cepat) terjadi sangat mendadak dan segera mengikuti kematian, sesak napas, gemetar, kemudian hewan rebah kadang terdapat gejala kejang. Pada sapi kambing dan domba mungkin terjadi kematian yang mendadak tanpa menimbulkan gejala penyakit terlebih dahulu.
2.    Bersifat akut (cepat) pada sapi, kambing, domba dan kuda : demam (suhu tubuh mencapai 41,50C), gelisa, sesak napas, kejang, dan diikuti kematian, kadang sesaat sebelum kematian kelaur darah kehitaman yang tidak membeku dari lubang kumlo (lubang hidung, mulut, telinga, anus dan alat kelamin). Pada kuda dapat terjadi nyeri perut (kolik) diare berdarah, bengkak daerah leher dada, perut bagian bawah dan alat kelamin bagian luar.

e.      Cara Penularan dan Penyebaran Penyakit Anthrak
Bacillus anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau tanah (rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan berbahaya. Spora yang ada di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang kemudian dimakan ternak bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam kulit, apabila hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini, miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan keterangan lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap mengandung kuman penyakit antraks.
Dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam bentuk spora. Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan tubuh yang lebih kebal dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga 70 tahun lamanya.
Pintu Penularan Penyakit Anthrak
Pintu masuknya penyakit antraks pada hewan, umumnya bisa melalui saluran pencernaan hewan, kontak kulit dan terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan pada manusia, selain bisa menular melalul kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terkena antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora antraks dan masuk ke paru-paru manusia.
Dengan kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul, biasanya dilkuti dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia .Untuk itu, orang yang mengonsumsi daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan. Apalagi kondisi daging hewan tersebut tidak kita masak teriebih dahulu secara sempurna.
Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
f.              Pencegahan Penyakit Anthrax
Cara pencegahan penyakit anthrax adalah dengan menghindari kontak langsung dengan binatang atau benda-benda yang membawa bakteri penyakit ini. Ternyata bakteri ini memiliki kemampuan yang unik . Jangkitan yang disebabkan oleh penyakit ini tidak mudah untuk di musnahkan, karena bakteri ini memiliki kecenderungan untuk merubah bentuknya menjadi spora yang amat stabil. Saat berubah menjadi spora bakteri ini dapat masuk kedalam tanah dan mampu bertahan selama lima puluh sampai enam puluh tahun di dalam tanah. Uniknya bila tanah tempat ia tinggal tergenang air, kuman ini dapat tumbuh kembali dan menyerang hewan ataupun manusia yang ada di sekitamya. Selain itu saat terjadi musim kemarau biasanya ternak menaik rumput sampai ke akarnya ,inilah yang membuat penyakit ini akan terus terulang di daerah yang pernah terkena antrax .
Repotnya lagi kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah, hingga mampu menginfeksi tenak maupun manusia yang mengkonsumsinya. Bahkan serangga, burung, anjing, dan binatang-binatang lain juga dapat menjadi perantara penularan penyakit ini, apabila telah mengalami kontak langsung dengan bakteri penyebab penyakit ini .
Namun pencegahan dapat di lakukan dengan cara cucilah tangan sebelum makan, hindari kontak dengan hewan atau manusia yang sudah terjangkit anthrax, belilah daging dari rumah potong hewan yang resmi, masaklah daging dengan sempurna, hindari menyentuh cairan dari luka anthrax, melaporkan secepat mungkin bila ada masyarakat yang terjangkit anthrax.Bagi peternak atau pemilik hewan ternak, upayakan untuk menvaksinka hewan ternaknya. Dengan Pemberian SC ,untuk hewan besar 1 ml dan untuk hewan kecil 0,5 ml.Vaksin ini memiliki daya pengebalannya tinggi berlangsung selama satu tahun.
g.             Pengobatan Penyakit Anthrax
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit. Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan antibiotic intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk. B. anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, sefazolin, klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan.
 Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala reda.
Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu. Keterlambatan pemberian antibiotik sangat mengurangi angka kemungkinan hidup. Oleh karena pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum ada studi klinis terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. Untuk kasus antraks inhalasi Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan.
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
1.    Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1 ml)
2.    Penyuntikan antibiotika
3.    Penyuntikan kemoterapetika
4.    Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.

h.             Pengendalian Penyakit Anthrax
Disamping pengobatan, perlu cara-cara pengendalian khusus untuk menahan penyakit dan mencegah perluasannya. Seperti dilakukannya tindakan mengasingkan hewan -hewan yang menderita anthrax, hewan ternak yang sakit dilarang disembelih karena ada kemungkinan hewan tersebut terkena penyakit antrhax , bangkai hewan yang mati karena anthrax harus segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam, untuk mencegah perluasan penyakit melalui serangga dipakai obat-obat pembunuh serangga, hewan yang mati karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai, dan tindakan sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.
Selain itu, penyembelihan hewan di laksanakan di RPH resmi dibawah pengawasan dokter hewan dan Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan (ante mortem) yaitu pemeriksaan kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala setelah penyembelihan (post mortem) oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter hewan pun juga perlu di lakukan.
Saat ini penyakit-penyakit yang dapat mengakibat kematian seperti penyakit anthrax telah dipergunakan sebagian orang untuk tindakan kejahatan, misalnya membuat cacat ataupun untuk membunuh orang lain. Cara yang biasanya mereka gunakan adalah dengan memasukkan bakteri penyebab penyakit kedalam suatu surat atau kbingkisan yang nantinya akan di kirim kepada korban. Waspadai kalau saat kita membuka surat atau bingkisan ternyata berisi bubuk putih, ada beberapa hal yang harus dilakukan tetapi ingat butuh banyak sekali spora untuk membuat kita sakit, jadi tenanglah.
Pertama, letakkan surat dengan hati-hati, usahakan jangan digoyang. Jangan membaui, mencicipi, atau menggoyang-goyangkan di udara sampai kita yakin kalau bubuk itu adalah aman. Kedua, tinggalkan ruangan dan telephone 911. Mereka akan membawa team yang akan menolong kita. Ketiga, kalau ternyata bubuk tersebut positif mengandung anthrax maka kita akan mendapatkan perawatan medis yang selayaknya. Keempat, perawatan medical ini akan menyembuhkan penyakit anthrax. Perlu di ketahui hanya anthrax yang tidak mendapatkan perhatian dan perawatanlah yang mematikan. Apabila di ketahui pada waktu yang tepat maka biasanya bisa di sembuhkan.


BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
a. Perlunya Mengetahui Penyebab Penyakit Anthrax
Penyakit anthrax memang sudah sepatutnya diketahui oleh masyarakat karena penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Selain dapat menimbukan kematian, penyakit ini juga dapat menimbulkan cacat permanen bagi pederitanya.Untuk itu masarakat perlu mengetahui tentang penyakit anthax untuk dapat mencegah berkembangnya kembali penyakit ini di masyarakat.
b. Cara Pencegahan Penyakit Anthrax
Anthrax pada manusia dapat dicegah dengan tindakan-tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan antara lain:
1.    Cuci tangan sebelum makan
2.    Hindari kontak dengan hewan atau manusia yang sudah terjangkit anthrax
3.    Beli daging dari rumah potong hewan yang resmi
4.    Masaklah daging dengan sempurna
5.    Hindari menyentuh cairan dari luka anthrax
6.    Melaporkan secepat mungkin bila ada masyarakat yang terjangkit anthrax
7.    Bagi peternak atau pemilik hewan ternak, upayakan untuk menvaksinka hewan ternaknya. Dengan Pemberian SC ,untuk hewan besar 1 ml dan untuk hewan kecil 0,5 ml.Vaksin ini memiliki daya pengebalannya tinggi berlangsung selama 1 tahun.
Semua penyakit anthrax secara efektif dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, seperti penicillin, doksisiklin, atau ciproflaksin.Pada inhalational dan gastrointestinal anthrax, pemberian antibiotik harus segera diberikan pada saat penderita melakukan kontak dengan bakteri anthrax. Hal ini karena pada saat gejala timbul, anthrax jenis ini tidak merespon terhadap antibiotik. Perawatan di rumah sakit yang berfasilitas lengkap merupakan keharusan bagi penderita penyakit anthrax.
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
1.    Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1 ml)
2.    Penyuntikan antibiotika
3.    Penyuntikan kemoterapetika
4.    Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.
c.   Cara Pengendalian Penyakit Anthrax
1.    Penyembelihan hewan di laksanakan di RPH resmi dibawah pengawasan dokter hewan.
2.    Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan (ante mortem) dan pemeriksaan kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala setelah penyembelihan (post mortem) oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter hewan.
3.    Hewan yang demam tinggi dan sakit jangan disembelih hanya hewan yang sehat berdasarkan pemeriksaan ante mortem boleh disembelih.
4.    Paralatan dan kandang yang kontak dengan hewan yang sakit harus didesinfeksi.
5.    Hewan penderita anthrax ;
a.              harus diisolasi (tidak kontak dengan hewan sehat lainnya)
b.             ditangani dan diawasi oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan atau petugas yang berwenang.
c.              Hewan penderita anthrax dilarang disembelih.
6.    Hewan yang mati karena anthrax harus segera dimusnahkan adengan cara dibakar atau dikubur dalam-dalam. Seluruh peralatan dan kandang dimusnahkan atau didesinfeksi
7.    Orang yang kontak dengan hewan yang sakit dan mati akibat anthrax harus :
a.    Memperhatikan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
b.    Segera berobat ke RSUD atau dokter terdekat.

d.   Cara Menangani Surat atau Bingkisan Yang Berisi Spora Anthrax
Kalau kita membuka surat atau bingkisan yang berisi bubuk putih, ada beberapa hal yang harus dilakukan tetapi ingat butuh banyak sekali spora untuk membuat kita sakit, jadi tenanglah.
1.    Letakkan surat dengan hati-hati, usahakan jangan digoyang.Jangan membaui, mencicipi, atau menggoyang-goyangkan di udara sampai kita yakin kalau bubuk itu adalah aman
2.    Tinggalkan ruangan dan telephone 911. Mereka akan membawa team yang akan menolong kita.
3.    Kalau ternyata bubuk tersebut positif mengandung anthrax maka kita akan mendapatkan perawatan medis yang selayaknya.
4.    Perawatan medical ini akan menyembuhkan penyakit anthrax. Perlu di ketahui hanya anthrax yang tidak mendapatkan perhatian dan perawatanlah yang mematikan. Apabila di ketahui pada waktu yang tepat maka biasanya bisa di sembuhkan.

b.      Saran
Saran saya agar dengan dibuatnya makalah ini, masyarakat lebih membuka mata terhadap penyakit anthrax. Selain itu juga agar nantinya masyarakat dapat mengusahakan seoptimal mungkin agar angka kasus penyakit anthrax di daerah masing-masing tidak mengalami peningkatan.

Daftar Pustaka
·      Todar K. 2005. Bacillus anthracis and anthrax. [terhubung berkala]. http://www.textbookofbacteriology.net/Anthrax.html [31 Mei 2008].
·      Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, Hanna PC. 1999. Anthrax. N Engl J Med. 341(11):815-26
·       Muh.sakir Dg. Gau’ (2013) : http/www.muhsakir.blogspot.com/html
·      Madigan M; Martinko J (editors). (2005). Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-11th). Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1.
·      Santamaria J, Toranzos GA. 2003. Enteric pathogens and soil. Int Microbiol 6:5-9.
·      MedicineNet] .2010. Anthrax. [terhubung berkala] http://www.medicinenet.com/anthrax/article.htm [13 Mei 2010].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Untuk Perbaikan Postingan Selanjutnya !