Laman

Kamis, 21 Februari 2013

Makalah Rakhitis pada Anak




BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang
Kesehatan tulang anak acapkali luput dari perhatian orangtua. Padahal, tulang merupakan bagian tubuh yang sangat penting. Kuncinya adalah deteksi dini.
Tulang merupakan struktur tubuh yang paling dalam. Struktur paling luar adalah kulit, kemudian lemak, otot/daging (di antaranya terdapat saraf dan pembuluh darah), baru kemudian tulang. Pertumbuhan tulang dimulai dari fase janin, yang kemudian bertumbuh dan mengalami kalsifikasi (perkapuran). Tulang yang lembut pun berubah menjadi keras. Pada wanita, pertumbuhan tulang berhenti pada sekitar usia 12 tahun, ditandai oleh hadirnya siklus menstruasi.
“Pada lelaki, pertumbuhan maksimal tulang bisa mencapai usia 17-18 tahun. Sedangkan kepadatan tulang biasanya tercapai di usia 25 tahun,” ujar dr. Hendradi Khumarga, Sp.OT, FICS, FAJR . Selepas usia 25 tahun, kepadatan tulang pun mulai mengalami penurunan. Rata-rata nilai penurunannya mencapai 1 persen per tahun sampai seseorang beranjak ke usia lanjut. Tentu, penurunan ini juga dipengaruhi berbagai faktor, seperti nutrisi, hormon, cara bekerja, sikap, obat-obatan, serta penyakit penyebab pengeroposan tulang. Proses inilah yang menjelaskan, kenapa tulang semakin keropos, struktur tulang semakin amblas, dan tubuh semakin bungkuk pada usia tua.
Pertumbuhan tulang sifatnya memanjang dan melebar, sehingga tulang bisa bertambah panjang dan bertambah besar (diameter). “Tulang kemudian membentuk rangka tubuh atau sumbu tubuh (rangka tulang belakang),” lanjut dokter spesialis Orthopedi dari Bone Care Clinic RS Royal Taruma , Jakarta, ini. Tulang juga membentuk anggota gerak tubuh, yang terdiri dari anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, sampai ke tangan dan jari-jari tangan) dan anggota gerak bawah (tulang panggul, tungkai atas, tungkai bawah sampai kaki dan jari-jari kaki).
Kelainan kaki yang banyak dialami anak balita, umumnya bukan berupa penyakit tulang. namun, lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. Demikian penjelasan dr. Meidy H. Triangto, SpRM, Kepala Kid’s Foot Rehabilitation Center di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. “Inilah yang menyebabkan anak yang sudah mulai bisa berjalan, kerap terjatuh,”.
Bukan melulu genetik. Kelainan kaki berbentuk X dan O merupakan jenis kelainan yang paling sering ditemukan pada anak balita. Kaki X (genu valgum) dan kaki O (genu varum) atau Rakhitis (Rickets) menurut dr. Meidy adalah, “Sejenis gangguan pertumbuhan tulang kaki yang menyebabkan terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang paha dan tulang lutut. Gangguan pertumbuhan ini juga mengakibatkan sudut yang terbentuk antara kedua tulang tersebut menjadi tidak normal.”    
Akibatnya, saat anak berdiri, titik beratnya tidak terletak di antara jari kaki pertama dan ke-2 seperti yang terjadi pada kaki yang normal. Selain membuatnya sering terjatuh dan mempengaruhi penampilannya, kaki X dan kaki O juga akan membuat anak jadi mudah lelah kalau berjalan dan aktivitasnya pun terbatas.

      B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka kami merumuskan masalah  Rakhitis atau Rickets Pada Anak.
C.    Tujuan

Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Penanganan Rakhitis (Rickets) Pada Anak.
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
·         Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian Rakhitis (Rickets).
·         Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Rakhitis (Rickets).
·         Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Rakhitis (Rickets).




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Sejarah Singkat
Asal kata rakhitis adalah dari dialek kata 'wrickken' Lama (bahasa Inggris), yaitu untuk memutar. Kecenderungan dari kata "Yunani" rachitis (berarti "peradangan tulang belakang") kemudian diadopsi sebagai istilah ilmiah untuk rakhitis.
Pada pertengahan 1600-an, kebanyakan anak yang tinggal di kota-kota industri yang penuh sesak dan tercemar dari utara Eropa mengalami deformasi tulang yang parah. penyakit ini ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, pembesaran Epiphyses tulang panjang, kelainan bentuk kaki,  tulang belakang melengkung, tulang rusuk menonjol, dan otot lemah serta datar. Di bagian akhir abad ke-19, otopsi penelitian yang dilakukan di Boston dan Leiden, Belanda, menunjukkan bahwa 80-90% anak-anak menderita rakhitis.
Pada 1822, Sniadecki mengakui pentingnya paparan sinar matahari untuk pencegahan dan penyembuhan rakhitis. Pengamatan ini diperpanjang pada tahun 1890 dan mempromosikan penggunaan sistemik mandi matahari untuk mencegah rakhitis. Pada tahun 1919, Huldschinski  menemukan bahwa mengekspos anak-anak untuk radiasi dari matahari selama satu jam 3 kali seminggu efektif dalam mengobati rakhitis, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan yang ditandai dalam mineralisasi kerangka, terutama ujung-ujung tulang panjang, yang terlihat dari hasil x-ray. Sebuah kelompok studi terhadap anak-anak yang tidak terkena radiasi UV menunjukkan hanya sedikit perbaikan. Dia menyimpulkan bahwa paparan radiasi UV adalah " obat sempurna" terhadap semua bentuk rakhitis pada anak-anak. Dua tahun kemudian, Hess dan Unger meneliti 7 anak penderita rakhitis di New York City untuk periode yang bervariasi dari sinar matahari dan melaporkan peningkatan yang ditandai dalam rakhitis setiap anak yang dibuktikan dengan kalsifikasi dari epiphyses.
Pada tahun 1918, Mellanby dkk. mencegah rakhitis pada anak anjing dengan minyak ikan cod. McCollum et al. menyebutkan faktor ini sebagai nutrisi yang baru bernama vitamin D. Hess dan Weinstock, Steenbock dan Black mengamati bahwa iradiasi UV berbagai makanan dan minyak dikenal sebaga aktivitas antirakhitis. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas antirakhitis susu dengan mengekspos susu dari radiasi UV atau memberi makan sapi dengan iradiasi UV ragi. Setelah vitamin D struktural diidentifikasi dan disintesis secara kimiawi dari ragi, langsung ditambahkan ke susu pada standar 400 IU (1 IU = 25 mg) per liter. Ia berpikir bahwa vitamin D yang diperoleh dari ragi iradiasi adalah vitamin D yang sama yang diproduksi di kulit. Namun, ketika diamati bahwa vitamin D dari ragi iradiasi memiliki aktivitas antirakhitis sedikit pada ayam, sedangkan minyak hati ikan cod lebih efektif, disimpulkan bahwa vitamin D diproduksi di kulit harus berbeda. Vitamin D diisolasi dan diidentifikasi dari kulit manusia terbukti berasal dari 7-dehydrocholesterol. Untuk membedakan dua vitamin D tersebut, vitamin D dari ragi yang disebut vitamin D2 dan dari kulit manusia disebut vitamin D3.

B.     Definisi Rakhitis (Rickets)
Rakhitis dapat dinamai kekurangan vitamin D, Osteomalasia pada anak, Osteodistrofi, Paedriatic osteomalasia atau rakitis ginjal.
Rakhitis adalah pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya karena kekurangan vitamin D yang ekstrim dan berkepanjangan. Vitamin D sangat penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan, yang dibutuhkan anak untuk membangun tulang yang kuat. Kekurangan vitamin D membuat sulit untuk mempertahankan dengan tepat tingkat kalsium dan fosfor pada tulang.
Jika vitamin D atau kekurangan kalsium menyebabkan rakhitis, menambahkan vitamin D atau kalsium untuk diet yang dihasilkan umumnya memperbaiki masalah tulang bagi anak.
Vitamin D berfungsi sebagai hormon untuk mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam tulang. Jika seseorang kekurangan vitamin D, tubuh tidak akan menyerap kalsium dan fosfor dengan benar.
Ketika tubuh Anda merasakan ketidakseimbangan kalsium dan fosfor dalam aliran darah, bereaksi dengan mengambil kalsium dan fosfor dari tulang untuk meningkatkan kadar darah yang diperlukan tubuh. Hal ini lantas melemahkan struktur tulang, yang dapat menyebabkan cacat kerangka, seperti Bowlegs atau salah kelengkungan tulang belakang.




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kemungkinan Terjadinya Rakhitis (Rickets)
Rakhitis dapat terjadi selama periode pertumbuhan yang cepat, ketika tubuh membutuhkan tuntutan kalsium dan fosfat yang tinggi. Rakhitis dapat terjangkit pada anak-anak 6 sampai 24 bulan dan jarang terjadi pada bayi baru lahir.

Penyakit ini pun dapat menjangkiti orang dewasa, namun memiliki nama yang berbeda yaitu lebih di kenal dengan nama Osteomalasia.


Baru-baru ini telah diketahui bahwa rakhitis menjangkiti banyak anak di Inggris . Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa rakhitis menjangkiti 1 dari 1000 anak-anak, dan jauh lebih banyak terjadi pada anak-anak dari Asia Selatan atau asal Afro-Karibia. Penelitian lain memberikan angka yang lebih tinggi untuk rakhitis, sekitar 1 dari 100 anak-anak dalam kelompok etnis minoritas di kota-kota besar seperti di Inggris atau kemungkinan 20 anak setiap tahun akan menderita dari rakhitis.


B.     Penyebab Terjadinya Rakhitis (Rickets)
Penyebab kelainan ini bukan hanya karena faktor genetik, tapi juga ada sejumlah faktor lain, seperti:  
·         Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti katak. Jika berlangsung lama, kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
·         Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk dengan  posisi kaki membentuk huruf W atau bersila pada anak.
·         Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping, kaki anak dibiarkan melingkari tubuh Anda dan membentuk sudut 90 derajat.
·         Memakaikan popok sekali pakai dengan cara dan pada saat yang tidak tepat, misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar berjalan. Hal ini membuat anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.  
·         Memakaikan baby walker. Anak yang belum cukup kuat menopang berat tubuhnya akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga seluruh berat tubuhnya. Akibatnya, tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang terlatih, sehingga terjadi ketidakseimbangan kekuatan otot (muscle imbalance). Penggunaan baby walker memang tidak dianjurkan, karena sering juga menimbulkan kecelakaan pada anak.
·         Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
·         Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
·         Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
·         Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
·         Gangguan penyerapan.

Penyebab utama rakhitis yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :

·         Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
·         Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
·         Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.


C.    Gejala Saat Timbulnya Rakhitis
Hypophosphatemic rickets biasanya mulai menyebabkan ketidaknormalan pada tahun pertama kehidupan. Kelainan kemungkinan ringan dimana mereka menghasilkan gejala yang tidak nyata atau berat dimana mereka menghasilkan pembengkokan pada lengan dan kelainan bentuk pada tulang lainnya, nyeri tulang, dan perawakan pendek. Tulang menjadi lebih besar ketika otot menempel menuju tulang bisa membatasi gerakan persendian mereka. Ruang di antara tulang tengkorak bayi bisa terlalu dekat sehingga menyebabkan kejang.

Ada beberapa gejala yang ditimbulkan saat terjangkit rakhitis, antara lain adalah:
1.      Tulang nyeri, terutama bagian kaki.
2.      Nyeri otot atau kelemahan otot.
3.      Kaki terlihat melengkung atau busur-berkaki.
4.      Pertumbuhan yang terhambat, terlambat atau lemahnya pertumbuhan gigi .
5.      Ketika rakhitis sangat parah, dapat menyebabkan rendahnya tingkat kalsium dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan kejang otot (kram), kejang-kejang dan kesulitan bernapas.

D.    Penanganan Rakhitis
Berikut penanganan yang biasanya dilakukan pada penderita rakhitis berdasarkan penyebabnya :
1.      Jika kekurangan kalsium.
Jalan satu-satunya memperbanyak konsumsi unsur kalsium sehingga memperkuat kerja sel osteoblas (pembentuk tulang). Oleh sebab itu, makanan seperti sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt, sangatlah disarankan. Suplemen kalsium dapat ditambahkan baik yang berbentuk sirup atau tablet dengan konsumsi 1,5 gram per hari. Kekurangan kalsium juga menyebabkan mudah mengalami kram pada otot tangan dan kaki serta terganggunya tekanan darah.
2.      Jika kekurangan vitamin D.
Ada dua sumber vitamin D:
·         Terkena sinar matahari
Kulit memproduksi vitamin D ketika itu terkena sinar matahari.
·         Makanan
Usus menyerap vitamin D yang ditemukan secara alami dalam makanan yang dimakan, atau ditambahkan ke dalamnya selama pemrosesan, atau dari suplemen atau multivitamin yang dikonsumsi.
Perbanyak mengonsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Bisa juga dengan sering berjemur di bawah sinar matahari karena akan membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh. Waktu yang tepat untuk berjemur sekitar pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 ­-17. Berjemur di luar waktu tersebut justru berbahaya karena matahari banyak mengeluarkan sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker kulit dan katarak.
3.      Jika karena gangguan ginjal atau hati
Langkah pertama adalah menyembuhkan dulu gangguan/penyakit tersebut. Biasanya terapi yang dilakukan lebih lama karena gangguan ginjal maupun hati mengganggu metabolisme penyerapan kalsium.
4.      Jika karena pengaruh atau efek samping dari obat-obatan seperti steroid.
Maka konsumsi obat itu harus segera dikurangi atau kalau bisa diganti dengan obat yang bisa menyerap kalsium.
5.      Jika sudah telanjur mengalami patah tulang.
Mau tak mau harus dilakukan tindakan seperti gips untuk patah tulang di bagian lengan. Kalau patah tulang di bagian tungkai atau tulang paha dilakukan dengan biopsi. Berbeda patah tulang pada anak-anak relatif mudah tersambung kembali, yakni sekitar tiga bulanan. Tindakan selanjutnya upaya rehabilitasi atau fisioterapi untuk melatih kemampuan atau keterampilan gerak. Misalnya, melatih keseimbangan duduk, berdiri, dan berjalan.

E.     Tips Dalam Menjemur Bayi
Bayi baru lahir, umumnya memiliki kecenderungan kuning karena organ hatinya belum berfungsi sempurna dalam mengolah bilirubin. Ini yang dinamakan kuning fisiologis. Sinar matahari pagi memiliki spektrum sinar biru yang bermanfaat mengurangi kadar bilirubin dalam darah.
Kegunaan sinar matahari pagi lainnya adalah menghangatkan tubuh bayi sekaligus membantu mengeluarkan lendir dari tenggorokannya. Alhasil, suara ngrok-ngrok napas bayi, terutama yang berbakat alergi, dapat dikurangi. Terutama jika dijemur dalam posisi telentang, dada bayi–dari bagian bawah menuju ke leher–ditepuk-tepuk dengan lembut.
Sinar matahari pagi juga merangsang pembentukan vitamin D dalam tubuh. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai pembuka kalsium agar mudah terserap ke dalam aliran darah, sampai akhirnya menyatu di dalam tulang. Paparan yang dibutuhkan tak perlu lama, cukup sekitar 15 menit pada pagi hari.
Perhatikan Waktu
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dan menghindari bayi dari dampak yang tidak diinginkan ada 9 rambu yang sebaiknya dicermati saat menjemur bayi, Yaitu :

1.      Pilih waktu yang tepat
Waktu yang paling tepat untuk menjemur bayi adalah pagi hari antara pukul 07.00-08.00 selama kurang lebih 15 menit. Jangan terlalu lama karena kulit bayi masih sensitif dan Jangan menjemur si kecil lebih dari pukul 08.00. Paparan sinar mentari menjelang siang hari mengandung sinar ultraviolet A dan B yang dapat merusak membran kulit sehingga menyebabkan kulit merah dan terbakar serta merusak mekanisme regenerasi sel.
2.      Tidak menggunakan baju
Menjemur bayi dalam keadaan dada telanjang (hanya menggunakan celana/popok saja) dan bolak balikkan tubuhnya. Dengan begitu tak hanya bagian dada saja yang disinari matahari, namun juga bagian punggungnya. Perhatikan mata. Usahakan mata si kecil membelakangi pancaran sinar matahari untuk menghindari risiko rusaknya lensa dan retina matanya.
3.      Pilih lokasi yang tidak terlalu terbuka
Lokasi menjemur tidak harus di udara terbuka dengan paparan sinar matahari langsung. Tempat yang agak terlindung namun dapat diterobos sinar mentari, juga sudah memenuhi syarat. Bila cuaca sedang berangin, jemurlah si kecil di dalam ruangan (berkaca). Asal kacanya bening, bayi masih dapat menikmati pancaran sinar matahari yang cukup menghangatkan.
4.      Tidak ada batasan usia
Mengingat begitu banyak manfaat yang diperoleh, tak ada batasan usia untuk menjemur bayi di pagi hari. Umumnya bayi baru lahir sampai usia 1 minggu secara rutin dijemur demi mencegah/mengurangi tingginya kadar bilirubin. Namun bila setelah itu kebiasaan menjemur ini terus berlangsung juga tidak akan ada ruginya. Sinar matahari merangsang produksi vitamin D yang bermanfaat untuk pembentukan tulang. Karena, pembentukan tulang akan terus berlangsung hingga usia 20 tahun.
5.      Waspadai bila bayi sensitive
Bayi fotosensitif sebaiknya tidak terpapar sinar matahari karena kulitnya sangat sensitif. Menjemurnya hanya akan menimbulkan bercak-bercak meral pada kulit.
6.      Bayi prematur hendaknya jangan dijemur
Bayi prematur pun disarankan untuk tidak dijemur, apalagi pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Pada waktu itu bayi yang dilahirkan kurang bulan ini masih membutuhkan suhu yang stabil. Sementara saat dijemur, bayi harus mampu menyesuaikan tubuhnya dengan suhu luar. Ini dapat membahayakan keselamatannya.
7.      Jangan tinggalkan bayi sendirian ketika dijemur
Hindari meninggalkan bayi sendirian ketika dijemur. Manfaatkan momen ini untuk melakukan beberapa kegiatan yang bermanfaat. Umpama, melakukan pijat bayi. Gunakan baby oil kala memijat. Minyak ini juga dapat sekaligus melindungi kulit dari kekeringan ketika dijemur.
Kalaupun pijat bayi tidak memungkinkan, ajaklah si kecil berbicara (Jangan lupa untuk melakukan kontak mata dengannya). Memang bayi belum mengerti obrolannya dengan Anda namun komunikasi seperti ini akan membuat hubungan antara Anda dan si kecil makin lekat. Di sela komunikasi, beri bayi belaian lembut. Meski gerakan ini begitu sederhana namun manfaatnya amat besar yakni dapat membentuk rasa aman pada bayi yang akan berpengaruh pada rasa percaya dirinya kelak.
8.      Bersih-bersih bisa lebih detil
Jadwal menjemur bayi umumnya dilakukan sebelum bayi mandi. Gunakan momen ini untul melakukan kegiatan bersih-bersih dengan lebih detail. Misal dengan membersihkan bagian tubuh bayi yang kerap terlewat—seperti lipatan di sekitar daun telinga, paha dan tangan bayi—dengan kapas yang ditetesi baby oil. Setelah kotorannya terangkat, bayi bisa segera dimandikan.
9.      Hati-hati hipertemi
Bila paparan sinar mentari begitu terik, kurangi waktu menjemurnya. Jika terlalu lama bayi dikhawatirkan mengalami hipertermi (peningkatan suhu tubuh). Suhu ideal bayi antara 36,5°-37,5° C. Kondisi hipertermi berisiko menyebabkan gangguan pada fungsi metabolisme tubuh bayi, otak dan juga fungsi organ lainnya.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Rakhitis (Rickets) adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets). Osteomalasia pada orang dewasa atau Rakhitis (Rickets)  berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal pada orang dewasa, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Rakhitis (Rickets)
a.       Anak kekurangan kalsium dan vitamin D
b.      Anak menderita gangguan hati seperti sirosis
c.       Adanya gangguan fungsi ginjal
d.      Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang
e.       Gangguan malabsorbsi

Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita Rakhitis (Rickets) antara lain, Nyeri tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.

Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, kurang pengetahuan dan gangguan konsep diri.

B.     Saran

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit Rakhitis (Rickets) ini sangat berbahaya dan kita sebagai umat manusia harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.



DAFTAR PUSTAKA

·         Handayani, Dewi. et al. (2010). Perawatan Bayi Baru. Jakarta : Pt. Aspirasi Pemuda.
·         Novikasari, Nurlita. (2009). Sejarah Penyakit Rakhitis [Online]. Tersedia : http://ilmukeperawatan4u.blogspot.com [18 Maret 2012]
·         Rahayu, Utami Sri. (2012). 9 Rambu Menjemur Bayi [Online]. Tersedia : http://menyusui.net/diet-ibu-anak/9-rambu-menjemur-bayi/ [18 Maret 2012]
·         Alfiansyah, Muhammad. (2012). Gangguan dan Kelainan Pada Tulang [Online]. Tersedia : http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/gangguan-dan-kelainan-pada-tulang.html [18 Maret 2012]
·         Prianggoro, Hasto. (2012). Tulang Sehat, Anak Kuat [Online]. Tersedia : http://www.Tulang-Sehat-Anak-Kuat-1.htm [18 Maret 2012]
·         Makalah Rakhitis (2013) [The Gau’] : http//:www.muhsakirmsg.blogspot.com/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Untuk Perbaikan Postingan Selanjutnya !