BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui bersama
beberapa bulan terakhir media massa di tanah air dipenuhi berita-berita tentang
busung lapar. Meskipun busung lapar bukanlah hal baru di Indonesia tetapi tetap
saja membuat hati miris bila mendengarnya.
Busung lapar yang terjadi sekarang merupakan efek dari krisis ekonomi di negara kita yang berkepanjangan yang menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk membeli bahan makanan yang baik dari segi jumlah dan mutu. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi merupakan penyebab lain timbulnya busung lapar. Paling banyak yang terkena busung lapar adalah anak-anak.
Busung lapar yang terjadi sekarang merupakan efek dari krisis ekonomi di negara kita yang berkepanjangan yang menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk membeli bahan makanan yang baik dari segi jumlah dan mutu. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi merupakan penyebab lain timbulnya busung lapar. Paling banyak yang terkena busung lapar adalah anak-anak.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah gizi buruk itu ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab gizi buruk ?
3. Apakah jenis dari gizi buruk ?
4. Apakah yang menjadi faktor pencegahan dari gizi
buruk ?
1.3. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan tentang gizi buruk ?
2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari gizi buruk
?
3. Menjelaskan tentang jenis-jenis gizi buruk ?
4. Menjelaskan tentang usaha pencegahan gizi buruk ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gizi Buruk
2.1. Pengertian Gizi Buruk
Apasih busung lapar atau bahasa
kerennya gizi buruk itu?. Busung Lapar atau gizi buruk adalah kondisi kurang
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan
makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Ada beberapa cara untuk mengetahui
seorang anak terkena busung lapar (gizi buruk) yaitu :
Pertama, dengan cara menimbang berat
badan secara teratur setiap bulan . Bila perbandingan berat badan dengan
umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut
terkena busung lapar (Gizi Buruk).
Kedua, dengan mengukur tinggi badan dan LIngkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Kedua, dengan mengukur tinggi badan dan LIngkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala
klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak
kurus.
Gizi buruk atau malnutrisi dapat
diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh
kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun
karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan
asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi
ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Malnutrisi dapat terjadi oleh karena
kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi).
Keduanya disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.
Perkembangan malnutrisi melalui 4
tahapan:
1. Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
2. Perubahan kadar enzim
3. Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
4. Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi
bertambah pada beberapa tahapan kehidupan tertentu, yaitu:
- pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
- selama kehamilan
- selama menyusui.
Pada usia yang lebih tua, kebutuhan
akan zat gizi lebih rendah, tetapi kemampuan untuk menyerap zat gizipun sering
menurun. Oleh karena itu, resiko kekurangan gizi pada masa ini adalah lebih
besar dan juga pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah.
Gizi buruk berbeda dengan
kelaparan.Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup
makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah
gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa
menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung
nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat
dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi.
Orang yang menderita gizi buruk akan
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga
kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun
pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk
terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak
yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka
tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.
Orang akan menderita gizi buruk jika
tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, contohnya
pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak
seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan
tubuh.
Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi.
Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi.
Kemudian ada juga penyakit cystic
fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi
enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita
intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya,
gizi buruk dapat terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan cukup makanan dan
nutrisi, seperti pada kasus kelaparan. Defisiensi 1 jenis vitamin pun dapat di
kategorikan sebagai gizi buruk. Pada beberapa kasus gizi buruk dapat
menunjukkan gejala yang sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi pada
kasus lain yang berat gizi buruk dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang
tetap walaupun telah diselamatkan.
Saat ini gizi buruk tetap menjadi masalah yang cukup signifikan di seluruh dunia, terutama pada anak-anak. Kemiskinan, bencana alam, masalah politik dan peperangan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk dan kelaparan, bahkan di belahan dunia manapun.
Saat ini gizi buruk tetap menjadi masalah yang cukup signifikan di seluruh dunia, terutama pada anak-anak. Kemiskinan, bencana alam, masalah politik dan peperangan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk dan kelaparan, bahkan di belahan dunia manapun.
Gizi buruk dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi buruk yang
diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko
terjadinya masalah kesehatan secara fisik.
Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.
Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah :
Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.
Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah :
• Kelelahan dan kekurangan energi
• Pusing
• Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang
mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
• Kulit yang kering dan bersisik
• Gusi bengkak dan berdarah
• Gigi yang membusuk
• Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang
lambat
• Berat badan kurang
• Pertumbuhan yang lambat
• Kelemahan pada otot
• Perut kembung
• Tulang yang mudah patah
• Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
Ketika seorang wanita hamil
mengalami gizi buruk, maka kemungkinan anaknya akan lahir dengan berat badan
rendah dan beresiko untuk tidak selamat. Anak-anak yang mengalami gizi buruk
juga sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya
akan melakukan pemeriksaan:
1. Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
2.Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
3.Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
1. Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
2.Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
3.Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
4. Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat
menyebabkan terjadinya gizi buruk.
Untuk penanganan gizi buruk. Dokter
atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk
jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau
vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila
penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi
lain disarankan untuk menanganinya.
2.2. Dampak Busung Lapar (Gizi Buruk)
2.2. Dampak Busung Lapar (Gizi Buruk)
Dampak dari gizi buruk (busung
lapar) pada anak bukan hanya tubuh yang kurus tetapi lebih dari itu. Gizi buruk
dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan anak, rabun senja dan
penderita gizi buruk lebih rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Berbagai sistem tubuh bisa
dipengaruhi oleh kelainan gizi:
1. Sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin
(pelagra), beri-beri, kekurangan atau kelebihan vitamin B6 (piridoksin) dan
kekurangan vitamin B12
2. Pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan
seng
3. Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
3. Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
- beri-beri
- kegemukan (obesitas)
- makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi
dan penyakit jantung koroner
- makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah
tinggi
4. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol
4. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol
5. Mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa)
dipengaruhi oleh kekurangan vitamin B dan vitamin C
6. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat
kekurangan iodium
7. Kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada
kulit seperti ruam kemerahan, kulit kering dan pembengkakan karena penimbunan
cairan (edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin K, kekurangan vitamin C,
kekurangan vitamin A dan beri-beri
8. Tulang dan sendi dapat terkena ricketsia,
osteomalasia, osteoporosis dan kekurangan vitamin C.
2.3. Penyebab Gizi Buruk
Terdapat dua faktor yang terkait
langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat
gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling
mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai faktor penyebab tidak langsung
yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan
sanitasi lingkungan.
Ketahanan pangan merupakan salah
satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat
kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan dalam negeri
serta ekspor dan impor pangan akan menentukan ketersediaan pangan yang
selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di tingkat wilayah.
Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan ditentukan pula oleh
daya daya beli masyarakat terhadap pangan.
Seperti yang tersaji dalam,
ketahanan pangan sebagai isu penting dalam pembangunan pertanian menuntut
kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan secara
sustainable (ketersediaan pangan) dan juga menuntut kondisi yang memudahkan
masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi masyarakat
lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat).
Menyeimbangkan antara ketersediaan
pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat dengan meminimalkan
ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan saat ini.
Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula,
produksi dalam negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak
terjangkau oleh daya beli masyarakat kita.
Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai produsen, untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi pertanian guna mengembangkan keragaman pangan.
Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai produsen, untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi pertanian guna mengembangkan keragaman pangan.
Berikut adalah beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk :
• Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya
• Terdapat masalah pada sistem pencernaan
• Adanya kondisi medis tertentu
2.4. faktor Penyebab Gizi Buruk
-
Penyebab tak langsung
Kurangnya jumlah dan kualitas
makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, dan
menderita penyakit kanker.
-
Penyebab langsung
Ketersediaan pangan rumah tangga,
perilaku, pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor. Factor lainnya yang juga berpengaruh adalah rendahnya anggaran kesehatan oleh pemerintah kita.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor. Factor lainnya yang juga berpengaruh adalah rendahnya anggaran kesehatan oleh pemerintah kita.
2.5. Jenis Gizi Buruk
-
MARASMUS
Marasmus berasal dari kata marasmos
(bahasa jerman) yang berarti sekarat. Mal nutrisi jenis ini biasanya biasanya
berupa kelambatan pertumbuhan, hilangnya lemak di bawah kulit, mengecilnya
otot, menurunnya selera makan dan keterbelakangan mental.Marasmus adalah salah
satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita
penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan
lingkungan.
Marasmus sering dijumpai pada anak
berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: berat badan kurang dari 60% berat
badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan
panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar hingga hanya
tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak lebih jelas atau
tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih
tua (old man face)), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan,
perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air
kecil.
Marasmus adalah salah satu bentuk
gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.Penyebabnya multifaktorial antara
lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak
menguntungkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk
menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain.Pencegahan
terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan
dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi
kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas:
tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
PENYEBAB MARASMUS
Marasmus ialah suatu bentuk kurang
kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi
antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.Selain faktor lingkungan, ada
beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmust.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan
makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral misalnya infantil
gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3. Kelainan
struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschprung,deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis
pilorus, hiatus hernia,hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4. Prematuritas
dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
5. Pemberian
ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama
tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6. Gangguan metabolik
6. Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor hypothalamus
7. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan
bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan
8.
Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini
disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9.
Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan
merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi
diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan
pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu
membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro
enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
Ciri-ciri / tanda marasmus :
Ciri-ciri / tanda marasmus :
• Tampak sangat kurus
• Cengeng, rewel
• Perut cekung
• Biasanya diderita bayi berumur kurang dari 1 tahun,
bila ditimbang berat badannya kurang dari 60% dari berat badan standar usia
tersebut.
• Kulit keriput dan lapisan lemak dibawah kulit sangat
tipis sehingga kulit mudah diangkat
• Wajah seperti orang tua
• Otot daging sangat menyusut dan lembek yang dapat
diliat dipaha dan lengan atas yang seharusnya tebal dan kencang.
• Iga gambang (terlihat jelas seperti alat musik
gambang)
• Sering disertai dengan penyakit kronisberulang
seperti diare kronis atau sembelit
- KWASHIORKOR
Kwashiorkor merupakan suatu istilah
untuk menyebutkan gangguan gizi akibat kekurangan protein. Kwashiorkor berasal
dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan kasih
sayang ibu". Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh
tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moon face)
terutama pada bagian wajah, bengkak terutama pada punggung kaki dan bila
ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan
lengan atas kurus sehingga ukuran Lingkar Lengan Atas LILA-nya kurang dari 14
cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang, rambutnya
menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi
rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan
cairan pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita "busung
lapar".
Kwashiorkor atau busung lapar adalah
suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Cecily Williams bagi kondisi tersebut yang diderita
oleh bayi dan anak balita. Nama ini berasal dari daerah di Pantai Emas, Afrika
yang berarti anak terlantar.Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi
energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan. Biasanya, Kwashiorkor ini lebih
banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia
paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung
masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pada umumnya,
kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya
sangat rendah.
Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor
adalah hambatan pertumbuhan, perubahan pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan
perubahan patologi pada hati. Hal ini terutama terlihat pada infiltrasi lemak,
nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain adalah apati, cengeng, atrofi pankreas,
gangguan saluran cerna, anemia, kadar albumin serum yang rendah, dan
dermatosis.Kulit penderita terlihat menjadi gelap.
Pada ekstremitas dan punggung,
timbul bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna
merah muda yang hampir seperti pelagra.Soal terjadinya edema, biasanya diawali
akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik
daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan
tubuh.Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel,
diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan
perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa
terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar.
Kwashiorkor dianggap ada hubungannya
dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik
kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat,
hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi.
Ciri-ciri / tanda kwashiorkor :
• Biasanya diderita anak umur 1-3 tahun
• Otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih ada
lapisan lemak dibawah kulit
• Terjadi pembengkakan (Oedem) terutama dikaki bagian bawah
• Terjadi pembengkakan (Oedem) terutama dikaki bagian bawah
• Bentuk muka seperti bulan (moon face) dan pandangan
mata sayu.
• Wajah tampak murung, rewel dan apatis
• Warna kulit pucat karena menderita anemia. Selain
itu, bisa terjadi kelainan kulit, yaitu bercak-bercak merah muda yang terus
meluasdan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan mudah mengelupas
• Rambut berubah. Jika normalnya berwarna hitam bisa
berubah menjadi cokelat, coklat kemerahan (pirang) seperti rambut jagung, atau
abu-abu dan sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit. Selain itu, rambut yang
keriting bisa menjadi lurus.
• Terjadi pembesaran hati
• Tidak mempunyai nafsu makan sehingga sulit diberi
makan
• Sering disertai penyakit infeksi, anemia, diare
- Marasmic – Kwashiorkor
Gabungan dari marasmus dan
kwashiorkor ini sangat berbahaya dan mengakibatkan kematian. Sementara itu, di
Indonesia hanya ada satu istilah untuk marasmus, kwashiorkor dan gabungan
keduanya, yaitu busung lapar.
Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. Biasanya dijumpai tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
2.6. Pencegahan Gizi Buruk
Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. Biasanya dijumpai tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
2.6. Pencegahan Gizi Buruk
Status gizi seseorang dapat
ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit
Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat
diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak
tubuh.
Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur
lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean
Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak).
Usaha pencegahan gizi buruk :
- Lingkungan harus disehatkan misalnya dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman gizi.
- Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS).
PHBS Bidang Gizi yang harus diperhatikan adalah:
• Makan dengan Gizi seimbang
• Minum tablet besi selama hamil
• Memberi bayi ASI eksklusif
• Mengkonsumsi garam beryodium
• Memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat ) dapat merupakan titik pangkal bagi terciptanya lingkungan sehat dan
hilangnya pengganggu kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya kedua hal
tersebut diupayakan melalui perilaku manusia. Lingkungan akan menjadi sehat,
jika manusia mau berperilaku hidup bersih dan sehat. Pengganggu kesehatan juga
akan dihilangkan jika manusia mau berperilaku untuk mengupayakannya. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa penyebab utama timbulnya masalah-masalah Gizi
dalam bidang kesehatan adalah masalah perilaku. Misalnya untuk mencegah
terjadinya kekurangan Protein pada balita, maka perilaku ibu dalam memberi
makan balitanya harus diubah, sehingga menjadi pola makan dengan gizi seimbang.
Perilaku keluarga dalam memanfaatkan pekarangan juga harus diubah, sehingga
pekarangan menjadi taman gizi.
Strategi Departemen Kesehatan untuk
penanganan Gizi Buruk:
• Menggerakan dan memberdayakan Masyarakat untuk hidup
Sehat
• Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas
• Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan
• Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Menimbang begitu pentingnya menjaga
kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya
para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi
gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya
gizi buruk pada anak:
1.
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI)
sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan
tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang
antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur
tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak
sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu
ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya
buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka
segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya
sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral
dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang
baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan
kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.
Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan.
Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gizi buruk atau malnutrisi dapat
diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh
kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun
karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan
asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi
ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
3.2. Saran
Gizi buruk saat ini sudah menjadi
madalah nasional yang harus segera ditindaklanjuti dan menyadarkan berbagai
pihak agar tak lepas yangan dengan masalah ini. Para orang tua dan pemerintah
hendaknya menyadari betapa berbahayanya gizi buruk ini.
Untuk itu para orang tua hendaknya
melakukan hal-hal dibawah untuk meminimalisirnya,antara lain :
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak
berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan
mengikuti program Posyandu.
4. Makan dengan Gizi seimbang
5. Minum tablet besi selama hamil
6. Mengkonsumsi garam beryodium
7. Memberi bayi dan balita kapsul vitamin A
Selain orang tua,pemerintahpun juga
harus jeli dengan melakukan hal-hal serupa seperti :
1.
Menggerakan dan memberdayakan Masyarakat
untuk hidup Sehat
2.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
3.Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
2.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
3.Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
5.
Meningkatkan anggaran kesehatan sesuai standar minimal dari WHO.
Dengan adanya masalah ini diharapkan perhatian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menindaklanjuti masalah-masalah Gizi buruk dilapangan. Dan juga diharapkan adanya kerjasama Lintas Sektor terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial , Perindustrian, dan Dinas Pendidikan, BAPPEDA, serta sektor-sektor lain yang berkaitan dengan masalah Gizi dalam masyarakat.
Dengan adanya masalah ini diharapkan perhatian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menindaklanjuti masalah-masalah Gizi buruk dilapangan. Dan juga diharapkan adanya kerjasama Lintas Sektor terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial , Perindustrian, dan Dinas Pendidikan, BAPPEDA, serta sektor-sektor lain yang berkaitan dengan masalah Gizi dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal
Kesehatan Online.
2.
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk
Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.
3. Nasar,
dkk. Ped Tata Kurang Protein. pkm-IDAI
4. Nency, Y dan Arifin, M.T. 2005.
Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi Edisi Vol. 5/XVII/November
2005: Inovasi Online.
5.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Untuk Perbaikan Postingan Selanjutnya !