Definisi kontipasi bersifat
relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan
kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi
adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang
air besar, sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus
mengejan atau feses keras.
Konstipasi berarti bahwa perjalanan
tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan biasanya disertai
kesulitan defekasi (sujono).Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya
hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x
dalam 1 mnggu.8,9,10
Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2) mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2) mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Pada tahun 1999 Komite Konsensus
Internasional telah membuat suatu pedoman untuk membuat diagnosis konstipasi.
Diagnosis dibuat berdasar adanya keluhan paling sedikit 2 dari beberapa keluhan
berikut, minimal dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria Roma
II), yaitu (Whitehead 1999) :
(1) defekasi kurang dari 3x/minggu,
(2) mengejan berlebihan minimal 25 % selama defekasi,
(3) perasaan tidak puas berdefekasi minimal 25 % selama
defekasi,
(4) tinja yang keras minmal 25 %,
(5) perasaan defekasi yang terhalang, dan
(6) penggunaan jari untuk usaha evakuasi tinja.
Penyebab konstipasi biasanya
multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diit, kelainan anatomi, kelainan
endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan ikat, obat, dan
gangguan psikologi), konstipasi fungsional (konstipasi biasa, “Irritabel bowel
syndrome”, konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa dilatasi kolon ,
obstruksi intestinal kronik, “rectal outlet obstruction”, daerah pelvis yang
lemah, dan “ineffective straining”), dan lain-lain (diabetes melitus,
hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah, neuropati, Parkinson, dan
skleroderma).
Konstipasi
sekunder
1. Pola
hidup :Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk,
kurang olah raga.
2. Kelainan
anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
3. Kelainan
endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan kehamilan.
4. Kelainan
syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi
sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5. Kelainan
jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue disease”.
6. Obat
: antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth),
anti kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa
kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen,
diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan
stimulans jangka panjang.
7. Gangguan
psikologi (depresi).
Konstipasi
fungsional=kontipasi simple atau temporer
1. Konstipasi
biasa : akibat menahan keinginan defekasi.
2. “Irritabel
bowel syndrome”
3. Konstipasi
dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarektum”
4. Konstipasi
tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation”
5. Obstruksi
intestinal kronik.
6. “Rectal
outlet obstruction” : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi.
7. Daerah
pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele.
8. Mengejan
yang kurang efektif (“ineffective straining”)
Penyebab
lain
1. Diabetes
mellitus
2. Hiperparatiroid
3. Hipotiroid
4. Keracunan
timah (“lead poisoning”)
5. Neuropati
6. Penyakit
Parkinson
7. Skleroderma
8. Idiopatik :Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi
kronik.
Pengertian
Obstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in
the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to
compress = menekan . Secara istilah obstipasi adalah bentuk
konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses
dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak
terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan
pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.
Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran
feses selama 3 hari/lebih.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang
normal. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam
pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama
kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi.
Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu
obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi
selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan
dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan
normal.
Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam :
a.
Obstipasi
Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus
dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rectum.
b.
Obstipasi
Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama
beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah dan
melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.
Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).
Melena
Hematemesis melena adalah muntah darah dan melena adalah
pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan
oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung
pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan
dan bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau
melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang
gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
Tifus
abdominalis
Demam Tifoid atau tifus abdominalis adalah
suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang ditularkan
melalui makanan yang tercemar oleh tinja dan urine penderita.
Penyebab
Bakteri Salmonella typhii
Gambaran klinik
·
Gambaran klinis bervariasi dari sangat ringan
sampai berat dengan komplikasi yang sangat berbahaya.
·
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap
dalam wakatu 8 – 14 hari setelah terinfeksi.
·
Gejalanya bisa berupa demam intermitten (pagi
lebih rendah dibanding sore hari), sakit kepala, nyeri sendi, sakit
tenggorokan, bibir kering dan pecah,
lidah kotor tertutup oleh selaput putih, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut.
lidah kotor tertutup oleh selaput putih, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut.
·
Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih
dan terjadi batuk serta
perdarahan dari hidung.
perdarahan dari hidung.
·
Jika pengobatan tidak dimulai maka suhu tubuh
secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2 – 3 hari, yaitu mencapai 39,4 –
40°C selama 10 – 14 hari.
Panas mulai turun secara bertahap pada
akhir minggu ke-3 dan kembali normal pada minggu ke-4.
·
Demam seringkali disertai oleh denyut jantung
yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.
·
Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium,
stupor atau koma.
·
Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok
bintik-bintik kecil berwarnamerah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan
berlangsung selama 2 – 5 hari.
·
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala
dan hasil pemeriksaan fisik.
·
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan
darah, tinja, air kemih atau
jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.
jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.
Anuria
Anuria arti
sesungguhnya adalah suatu keadaan dimana tidak ada produksi urine dari seorang
penderita. Dalam pemakaian klinis diartikan keadaan dimana produksi urine dalam
24 jam kurang dari 100 ml. Keadaan ini menggambarkan gangguan fungsi ginjal
yang cukup berat dan hal ini dapat terjadi secara pelan-pelan atau yang datang
secara mendadak.
Yang datang
pelan-pelan umumnya menyertai gangguan ginjal kronik dan biasanya menunjukkan
gangguan yang sudah lanjut. Yang timbul mendadak sebagian besar disebabkan
gagal ginjal akut, yang secara klinis dipakai bersama-sama dengan keadaan yang
disebut oliguria, yaitu keadaan dimana produksi urine dalam 24 jam antara 100 —
400 ml.
Hyperkalemia
Hyperkalemia adalah umum; ia didiagnosa pada sampai 8% dari pasien-pasien
rawat inap di Amerika. Untungnya, kebanyakan pasien-pasien mempunyai
hyperkalemia yang ringan (yang biasanya ditolerir dengan baik). Bagaimanapun,
segala kondisi yang menyebabkan bahkan hyperkalemia yang ringan harus dirawat
untuk mencegah kemajuan kedalam hyperkalemia yang lebih berat. Tingkat-tingkat
potassium yang tingginya sangat ekstrim dalam darah (hyperkalemia yang parah)
dapat menjurus pada berhentinya jantung (cardiac arrest) dan kematian. Jika
tidak dikenali dan dirawat secara benar, hyperkalemia yang parah berakibat pada
angka kematian kira-kira 67%.
Secara teknis, hyperkalemia berarti tingkat potassium
dalam darah yang naiknya secara abnormal. Tingkat potassium dalam darah yang
normal adalah 3.5-5.0 milliequivalents per liter (mEq/L). Tingkat-tingkat
potassium antara 5.1 mEq/L sampai 6.0 mEq/L mencerminkan hyperkalemia yang
ringan. Tingkat-tingkat potassium dari 6.1 mEq/L sampai 7.0 mEq/L adalah
hyperkalemia yang sedang, dan tingkat-tingkat potassium diatas 7 mEq/L adalah
hyperkalemia yang berat/parah.Bagaimana Hyperkalemia Mempengaruhi Tubuh ?
Potassium adalah kritis untuk berfungsinya normal otot-otot, jantung, dan
syaraf-syaraf. Ia memainkan peran yang penting dalam mengontrol aktivitas dari
otot halus (seperti otot yang ditemukan di saluran pencernaan) dan otot
kerangka (otot-otot dari anggota-anggota tubuh dan torso), serta otot-otot
jantung. Ia juga adalah penting untuk transmisi (pengantaran) sinyal-sinyal
listrik keseluruh sistim syaraf didalam tubuh.
Tingkat-tingkat darah yang normal dari potassium adalah kritis untuk
memelihara irama listrik jantung yang normal. Keduanya tingkat-tingkat
potassium yang rendah (hypokalemia) dan tingkat-tingkat potassium darah yang
tinggi (hyperkalemia) dapat menjurus pada irama-irama jantung yang abnormal.
Efek klinis yang paling penting dari hyperkalemia berhubungan dengan
irama listrik jantung. Semetara hyperkalemia yang ringan kemungkinan mempunyai
efek yang terbatas pada jantung, hyperkalemia yang sedang dapat menghasilkan
perubahan-perubahan EKG (EKG adalah bacaan listrik dari otot-otot jantung), dan
hyperkalemia yang berat/parah dapat menyebabkan penekanan dari aktivitas
listrik jantung dan dapat menyebabkan jantung untuk berhenti berdenyut.
Sumber :