Afonso
(kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan
waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada
abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu
diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa.
Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan
oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai
petualangan ke timur.
Museum
Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja
Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain
patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu.
Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar
Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir
kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang
perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau
merica.
Ada
sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli
sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal:
Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah
ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis
datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa
Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya
adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan
penyebaran agama Katolik.
Menurut
Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan
Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa,
ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511
membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya
mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan
rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Ferdinand Magelhaens
(kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang memimpin
armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi bulat,
saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi
datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada
abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu
diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui samudera.
Pada
tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang
terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal
terbesar kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13
Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau
Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro
yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan
ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el
paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara itu,
udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31
Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San
Julián yang dingin.
Pelayaran
tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali—dan belum terlihat satu
selat pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan
pria-pria, termasuk beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin
pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat
tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua
pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran
kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang
kuat—dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan
raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu
Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti "kaki besar"—hingga hari
ini. Mereka juga mengamati 'serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa
berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki
paruh seperti gagak'. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan
pinguin!
Daerah
lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan
sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya—Santiago
yang kecil. Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang
karam itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat
kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung
reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin
dingin—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang
membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya!
Akhirnya, mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan
sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.
Ketiga
kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara
tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang
berkelok-kelok itu. Merek mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan,
kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu
Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
Tiba
di Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan mereka untuk
memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi bencana, dimana kemudian
ia terlibat dalam pertikaian antarsuku. Hanya dengan dibantu kekuatan 60 pria,
ia menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun
harus melawan senapan busur, senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin
kemenangannya. Akan tetapi yang terjadi adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah
bawahannya tewas. Magelhaens pada saat itu berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta
yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan
penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya
menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya
bersahabat.
Dikarenakan
jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak mungkin untuk
berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian menenggelamkan Concepción dan
berlayar dengan dua kapal yang masih tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan
terakhir mereka, yaitu kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal tersebut diisi
penuh dengan rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara
terpisah. Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad tertangkap
oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya dipenjarakan.
Namun,
Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko
melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti
untuk mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya
mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan
mereka—hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun
demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar
mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi pahlawan. Sungguh suatu
hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton menutup ongkos
seluruh ekspedisi!
Ketika
satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari
237 laki-laki yang berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang
selamat, terdapat dua orang Itali, Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus.
Martino de Judicibus (bahasa Spanyol: Martín de Judicibus) adalan orang dari
Genoa[1] yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand
Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan Rempah-rempah
Indonesia. Sejarah perjalanannya diabadikan dalam pendaftaran nominatif pada
Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Nama keluarga ini disebut dengan
patronimik Latin yang tepat, yakni: "de Judicibus". Pada awalnya ia
ditugaskan pada Caravel Concepción, satu dari lima armada Spanyol milik
Magellan. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten. (baca
selengkapnya dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia" oleh
David DS Lumoindong.
Sebelum
menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua
sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut
kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano.
Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter
ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo.
Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan
ikan dan garam.
Gudang
Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan
tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari
Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado
sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan
Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia,
Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik masyarakat Cina
oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman Manado dan Minahasa.
Para pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45)
yang kemudian menjadi daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan
Cina berbaur dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk
masyarakat pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis
dan Belanda.
Kemunculan
nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan
Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate .
Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado
dan Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba
Adu Pengaruh di Laut Sulawesi
Antara
Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian
kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu
terjadi persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau
tersebut. Pandey asal Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada
perahunya kembali ke Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di
Gorontalo.
Anak
lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di
Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia ahli menembak meriam
dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari Mongondouw di wilayah itu.
Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang Ternate dengan nama “Watasina”
karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk menhalau Spanyol dari
wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van
Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja
Ternate sehinga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang
Islam Ternate dan Tidore lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di
Ratahan melalui Bentenan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung.
Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu
bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan.
Kesimpulan
sementara yang dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli
wilayah ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai
Toulumawak di pegunungan, mereka adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh.
Nama Opo' Soputan ini muncul lagi sebagai kepala walak wilayah itu abad 16
dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan Potangkuman. Penduduk wilayah ini
abad 16 berasal dari penduduk asli dan para pendatang dari Tombulu, Tompakewa
(Tontemboan), Tonsea, Ternate dan tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.
Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol
Ratu
Oki berkisar pada tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi perang yang hebat
antara anak suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow atau Tonsawang) dengan
para orang-orang Spanyol. Perang itu dipicu oleh ketidaksenangan anak suku
Tombatu terhadap orang-orang Spanyol yang ingin menguasai perdagangan terutama
terhadap komoditi beras, yang kala itu merupakan hasil bumi andalan warga Kali.
Di samping itu kemarahan juga diakibatkan oleh kejahatan orang-orang Spanyol
terhadap warga setempat, terutama kepada para perempuannya. Perang itu telah
mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan Batu (lokasi Batu Lesung
sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah mengakibatkan
tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya. Panglima Monde tidak lain
adalah suaminya Ratu Oki.
Menurut
yang dikisahkan dalam makalah itu, Panglima Monde tewas setelah mati-matian
membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk., dalam masa kekuasaan Ratu
Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk anak suku Tombatu atau Tonsawang)
yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup sejahtera, aman dan tenteram. “Atas
kebijaksanaan dan kearifannya memimpin anak suku Toudanow maka Ratu Oki
disahkan juga sebagai Tonaas atau Balian. Selama kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol
dan Belanda tidak pernah menguasai atau menjajah anak Toundanow,”
Perang Minahasa lawan Spanyol
Para
pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan
masyarakat. Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan
mereka menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun
1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. dalam suatu
peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga
dipantai tapi
Tahun
1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa, dikejar hingga ke
pantai tapi dicegah dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler.
Pada tahun 1694 bulan September tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan
ditetapkan perbatasan Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa
yang berasal dari Tompaso menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah,
Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya.
Pada
pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi
lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja
menjadi pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat
wilayah setingkat 'camat'.
Tahun 1521 Spanyol Mulai Masuk perairan Indonesia
Awak
kapal Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan kemudian dengan
bantuan pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan Manado mereka dapat
meloloskan diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam dipedalaman Minahasa, ke
Amurang terus ke Pontak, kemudian setelah beberapa tahun mereka dapat melakukan
kontak kembali dengan armada Spanyol yang telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol
memulai kolonisasi di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado
Minahasa
memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha
penguasaan total terhadap Filipina.
Pada
tahun 1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan cara menipu Kepala
Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari Benggala India yang dibawa
Portugis ke Minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah
tanah seluas tali yang dibuat dari kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan
orang Mongodouw untuk menduduki benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an
sehingga akhirnya Spanyol dapat menduduki Minahasa. Dan Dotu Kepala Walak
(Kepala Negara) Lolong Lasut punya anak buah Tonaas Wuri' Muda.
Nama
Kema dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika
Bartholomeo
de Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di daerah yang disebutnya
‘La Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah ini dengan nama ‘Maadon’ atau
juga ‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol berada di muara sungai Kema, yang
disebut oleh Belanda, "Spanyaardsgat, " atau Liang Spanyol.
Dr.
J.G.F. Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di Kema tepat 100
tahun sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri Pakasaan Tonsea sejak era
pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah taranak-taranak Tonsea mulai
meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure dan mendirikan perkampungan-
perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong pada 3 Februrari 1770 kepada
Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw
tinggal di Kema dan merintis pembangunan kota ini. Hal ini diperkuat oleh para
Ukung di Manado yang mengklaim sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari
beberapa dotu bersaudara seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat
balasannya kepada Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.
Asal nama Kema
Misionaris
Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan perjalanannya pada 17
November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang mengacu pada istilah Spanyol,
adalah nama pegunungan yang membentang dari Utara ke Selatan. Ia menulis bahwa
kata ‘Kima’ berasal dari bahasa Minahasa yang artinya Keong. Sedangkan
pengertian ‘Kema’ yang berasal dari kata Spanyol, ‘Quema’ yaitu, nyala, atau
juga menyalakan. Pengertian itu dikaitkan dengan perbuatan pelaut Spanyol
sering membuat onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus Padtbrugge dalam
memori serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat ini dengan sebutan
"Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah gunung-gunung besar menyerupai
Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea disebut ‘Tonseka,’ karena berada di
wilayah Pakasaan Tonsea.
Hendrik
Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain sebagai pelabuhan
untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri Tonsea. Hal ini terjadi akibat
pertentangan antara Manado dengan Kema oleh sengketa sarang burung di pulau
Lembeh. Pihak ukung-ukung di Manado menuntut hak sama dalam bagi hasil dengan
ukung-ukung Kema. Waktu itu Ukung Tua Kema adalah Xaverius Dotulong.
Portugis
dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma memperluas wilayah
yang dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada abad ke-XV. Selain itu
Portugis dan Spanyol juga tempat pengungsian pengusaha dan tenaga-tenaga
terampil asal Konstantinopel ketika dikuasai kesultanan Ottoman dari Turki pada
1453. Pemukiman tersebut menyertakan alih pengetahuan ekonomi dan maritim di
Eropa Selatan. Sejak itupun Portugis dan Spanyol menjadi adikuasa di Eropa.
Alih pengetahuan diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel yang memungkinkan
bagi kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru diluar
daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan
Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah antara kedua negeri terbagi dalam
perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah Timur sedangkan Spanyol ke
Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu bulat. Baru disadari ketika
kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan Laut Sulawesi.
Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses reformasi gereja, karena
tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja adalah Undang-Undang, hingga
citra kekuasaan Paus sebagai penguasa dan wakil Tuhan di bumi dan sistem
pemerintahan absolut theokratis ambruk. Keruntuhan ini terjadi dengan munculnya
gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di Eropa yang kemudian
menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika.
Dari
kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika dan
samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera Atlantik, benua Amerika
Selatan dan melayari samudera Pasifik. Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal
Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri Pasifik dan tiba di pulau Kawio,
gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah
persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak
memperbarui jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529.
Perjanjian tersebut membagi wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas
derajat lintang timur di perairan Maluku Utara. Namun dalam perjanjian
tersebut,
Spanyol
merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan gugusan kepulauan
penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju Pasifik Barat
pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal Spanyol dengan 370 awak
kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan Pasifik Barat dari Mexico
. Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi
perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.
Dari
pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina,
di ambil dari nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran Philip, ahli waris
kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina tidak menghasilkan rempah-rempah, tetapi
kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut menimbulkan protes keras dari
Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu berada di bagian Barat, di
lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-Tengah,
Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang juga
ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus
mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara
yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan menjalin hubungan dengan masyarakat
Minahasa.
Pengenalan kuliner asal Spanyol di Minahasa
Peperangan
di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian Spanyol. Penyebab utama
kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan pendayung yang melayani
kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu pada pendayung yang
umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol. Biasanya kapal Spanyol dilayani
sekitar 500 - 600 pendayung yang umumnya diambil dari penduduk wilayah yang
dikuasai Spanyol. Umumnya pemberontakan para pendayung terjadi bila ransum
makanan menipis dan terlalu dibatasi dalam pelayaran panjang, untuk
mengatasinya Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka ragam cabai
(rica), jahe (goraka), kunyit dll.
Kesemuanya
di tanam pada setiap wilayah yang dikuasai untuk persediaan logistik makanan
awak kapal dan ratusan pendayung.
Sejak
itu budaya makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu masak
yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi kegemaran
masyarakat Minahasa.
Ada
pula yang menarik dari peninggalan kuliner Spanyol, yakni budaya Panada. Kue
ini juga asal dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh Spanyol melalui
lintasan Pasifik. Bedanya, adonan panada, di isi dengan daging sapi ataupun
domba, sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan ikan.
Kota
Kema merupakan pemukiman orang Spanyol, dimulai dari kalangan
"pendayung" yang menetap dan tidak ingin kembali ke negeri leluhur
mereka. Mereka menikahi perempuan-perempuan penduduk setempat dan hidup
turun-temurun. Kema kemudian juga dikenal para musafir Jerman, Belanda dan
Inggris. Mereka ini pun berbaur dan berasimilasi dengan penduduk setempat,
sehingga di Kema terbentuk masyarakat pluralistik dan memperkaya Minahasa
dengan budaya majemuk dan hidup berdampingan harmonis. Itulah sebabnya hingga
masyarakat Minahasa tidak canggung dan mudah bergaul menghadapi orang-orang
Barat.
Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa
juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun
1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang
Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu
itu. Perang terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu
adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei
(ksatria-ksatria Minahasa).
Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
Diplomasi
para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol
dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga
laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan
memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan
Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut memengaruhi pengembangan
kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak,
pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat
di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke
Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat
laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal. Sedangkan
semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat
Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat
perdagangan dunia.
Sebagai
akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara langsung
dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua komoditi diseluruh
gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan
tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu. Penekanan ini membawa derita
berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman Minahasa.
Garis waktu kolonialisasi
Kolonialisasi Spanyol
o 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya
Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali
Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Sumber :
·
Wikipedia
gak bisa di copy gan
BalasHapusMatikan java scriptx pada browsernya gan...thankz kunjungannya...
Hapusgimna cara copy nya gan?
BalasHapusgak bisa di copy??
BalasHapusgabisa dicopy elah-_-
BalasHapusgabisa dicopy gabisa di download-_-
BalasHapusBang, izin sedot ah
BalasHapusnais
BalasHapus