Rabu, 20 Februari 2013

Makalah Rabies


MAKALAH RABIES

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Tahun  ini merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah negara yang bebas dari penyakit Rabies, terbukti dengan adanya korban meninggal yang terinfeksi oleh penyakit ini di beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Salah satunya adalah provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus rabies. Sekarang Dinas Peternakan Bali sedang genjar-genjarnya memberantas penyakit mematikan ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap sebagai sahabat manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus rabies ini melalui gigitannya.
Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh, namun untuk anjing yang dipelihara akan diberikan vaksinasi. Agar kita terhindar dari penyakit mematikan ini, hendaknya kita mengetahui bagaimana ciri-ciri hewan yang telah terinfeksi virus rabies. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit rabies dari pengertian sampai dengan tips-tips bila kita atau orang terdekat kita digigit oleh anjing atau hewan yang lainnya yang berpotensi untuk menyebarkan virus rabies.

1.2         Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah :
1.        Apa itu rabies ?
2.        Apa saja penyebab rabies?
3.        Bagaimana tahapan penyakit rabies?
4.        Apa saja gejala-gejala penyakit rabies?
5.        Apa saja tanda-tanda penyakit rabies pada hewan?
6.        Apa yang harus dilakukan pada hewan yang telah mengigit?
7.        Adakah undang-undang yang mengatur tentang rabies?
8.        Bagaimana pencegahan untuk penyakit rabies?
9.        Bagaimana pengobatannya?
10.    Adakah tips-tips bila tergigit hewan yang berisiko terkena infeksi rabies?

1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui trend dan issue yang sedang berkembang di Indonesia yaitu masalah rabies dan dapat memberikan penanganan yang tepat dari panyakit rabies ini.






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar lainnya.
Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak pada air liurnya. Vrus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.
Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan kematian. Mengingat akan bahaya dan keganasan terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif.

2.2     Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan disekitrnya.
Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan yang bias menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah.
Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan sekarang di Indonesia kasus rabie ini mulai muncul dan sudah banyak memakan korban. Ini disebabkan kareni tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan local atau kalumpuhan total.

2.3     Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase yaitu :
a.       Fase Prodormal
Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase prodormal dilanjutkan fase eksitasi atau bisa langsung ke fase paralisa.
b.      Fase Eksitasi
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya danmemakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk fase paralisa.
c.       Fase Paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.

2.4     Gejala Rabies
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat pertolongan, yaitu :
a.       Keluar keringat yang deras
b.      Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
c.       Sesak nafas
Beberapa minggu setelah digigit anjing, korban akan takut air dan angin namun sering menggigil dan kehausan. (Bali Post,2009)

2.5     Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
a.       Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
-          Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
-          Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
-          Tidak menurut perintah majikannya
-          Nafsu makan hilang
-          Air liur meleleh tak terkendali
-          Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
-          Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
-          Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
-          Ekor diantara 2 (dua)paha

b.      Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
-          Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
-          Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
-          Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
-          Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
-          Mati

c.       Bentuk Asystomatis
-          Hewan tidak menunjukan gejala sakit
-          Hewan tiba-tiba mati

2.6     Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing, kucing, dank era yang yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :
a.    Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya, maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negative Rabies maka hewan tersebut mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali ke pemiliknya.
b.    Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus dusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan, setelah terlebih dahulu diberikan vaksinasi Rabies.
c.    Bila hewan yang menggigit sulit untuk ditangkap dan terpaksa harus dibunuh , maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

2.7     Perundang-undangan Tentang Rabies
Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dank era yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Selanjutnya ordonantie tersebut mengalami perubahan/penambahan-penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Misalnya, di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang Tatacara Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing, dan Kera di wilayah DKI Jakarta yang antara lain berisi :
1.    Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk memvaksinasi hewannya dan menggantungkan peneng tanda lunas pajak.
2.    Menangkap dan menyerahkan hewannya apabila menggigit orang untuk diobservasi.
3.    Hewan yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan ditangkap oleh petugas penertiban.
Berhasil tidaknya usaha pengendalian penyakit rabies sangat erat hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan dan partisipasi dari semua masyarakat.

2.8     Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
-       Dokter hewan
-       Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
-       Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies dimana banyak anjing ditemukan
-       Para penjelajah gua kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibody akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

2.9     Pengobatan
§   Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
§   Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana separuh dari dosisnnya disuntikkan di tempat gigitan.
§   Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1 % yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
§   Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2)
§   Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

2.10   Tips Bila Digigit Anjing
-       Cuci luka gigitan itu dengan air mengalir dan sabun kurang lebih 10-15 menit. Mencuci luka gigitan dengan air dan sabun bisa menghilangkan setidaknya 92% virus rabies.
-       Setelah itu baru ketempat kesehatan terdekat untuk meminta perawatan lebih lanjut dan mendapatkan VAR (vaksinasi anti rabies)
-       Jangan langsung ke tempat kesehatan setelah digigit anjing karena itu memberikan waktu untuk virus masuk dalam tubuh. Jadi ditekankan agar mencuci luka segera setelah digigit.
-       Usahakan untuk menangkap anjing tersebut dan kurungatau diikat untuk memastikan apakah anjing tersebut menderita rabies atau tidak. Jika anjing mati dalam rentang waktu kurang lebih 10 hari setelah menggigit, maka dipastikan anjing tersebut tertular rabies.

-       Untuk VAR dilakukan selam 3 kali yaitu :
-          Pertama, saat digigit
-          Kedua, seminggu setelah digigit
-          Ketiga, tiga minggu setelah digigit
Apabila anjing telah dibunuh atau mati setelah menggigit, maka VAR harus dijalani secara penuh. Dengan pelaksanaan VAR secara lengkap, maka pertahanan tubuh untuk rabies yang dibentuk oleh vaksin akan maksimal, jika setengah-setengah maka pertahanan tubuh yang terbentuk juga tidak maksimal.























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RABIES

3.1.    Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera.
b. Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
• Virus rabies.
• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
d.   Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.Meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.
e.    Manifestasi Klinis
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh.
Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
f.     Pemeriksaan Fisik
• Palpasi : Apakah ada kaku kuduk atau tidak?
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
• Auskultasi : Adakah suara napas tambahan ?
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ?
Adakah bunyi tambahan ?
Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Peristaltik usus ?
• Perkusi : Apakah ada distensi abdomen?
•Infeksi : Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?

g. Pemeriksaan Penunjang
1.        Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.        Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.        Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4.        Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5.        Uji laboratorium
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl
h.             Tindakan Pengobatan
1.        Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2.        Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
3.        Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4.        Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
5.        Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

i.        Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
1.    Dokter hewan.
2.    Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
3.    Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.
4.    Para penjelajah gua kelelawar.
5.    Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
3.2.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Rabies
I. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian mengenai:
a.         Status Pernafasan
-            Peningkatan tingkat pernapasan
-            Takikardi
-            Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
-            Menggigil
b.    Status Nutrisi
-            kesulitan dalam menelan makanan
-            berapa berat badan pasien
-            mual dan muntah
-            porsi makanan dihabiskan
-            status gizi
c.    Status Neurosensori
-            Adanya tanda-tanda inflamasi
d.    Keamanan
-          kejang
-          kelemahan
e.    Integritas Ego
-          Klien merasa cemas
-          Klien kurang paham tentang penyakitnya

Pengkajian Fisik Neurologik :
1.      Tanda – tanda vital
-       Suhu
-       Pernapasan
-       Denyut jantung
-       Tekanan darah
-       Tekanan nadi
2.     Hasil pemeriksaan kepala
-          Fontanel : menonjol, rata, cekung
-          Bentuk Umum Kepala
3.   Reaksi pupil
-       Ukuran
-       Reaksi terhadap cahaya
-       Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
-       Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
-       Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
-       Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Afek
-       Alam perasaan
-       Labilitas
6. Aktivitas kejang
-       Jenis
-       Lamanya
7. Fungsi sensoris
-       Reaksi terhadap nyeri
-       Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
-       Refleks tendo superfisial
-       Reflek patologi
II.   Diagnosa Keperawatan
1.         Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2.         Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3.         Demam berhubungan dengan viremia
4.         Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
5.         Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
6.         Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
III. Intervensi
No. Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1.      Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien bernafas tanpa ada gangguan, dengan kriteria hasil :
-pasien bernafas,tanpa ada gangguan.
-pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas
-respirasi normal (16-20 X/menit)
a.       Obsevasi tanda- tanda vital pasien terutama respirasi.
b.      Beri pasien alat bantu pernafasan seperti O2.
c.       Beri posisi yang nyaman.
d.      Tanda vital merupakan acuan untuk melihat kondisi pasien.
e.       O2 membantu pasien dalam bernafas.
f.       posisi yang nyaman akan membantu pasien dalam bernafas.
2.      Gangguan pola nutrisi berhubungn dengan penurunan refleks menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
-       pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan /dibutuhkan.
a.       Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
b.      Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
c.       Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
d.      Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
e.       Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
f.       Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
g.      Ukur berat badan pasien setiap minggu.
h.      Untuk menetapkan cara mengatasinya.
i.        Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
j.        Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan
k.      Untuk menghindari mual
l.        Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
m.    Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
n.      Untuk mengetahui status gizi pasien

3.      Demam berhubungan dengan viremia Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil :
-       Suhu tubuh normal (36 – 370C).
-       Pasien bebas dari demam.
a.    Kaji saat timbulnya demam
b.    Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
c.    Berikan kompres hangat
d.   Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
e.    .untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
f.     Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
g.    dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat penurunan suhu tubuh.
h.    Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
4.      Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyakit.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kecemasan keluarga pasien menurun/hilang,dengan kriteria hasil :
-       Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
-       Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit pasien
-       Keluarga menerima keadaan panyakit yang dialami pasien.
a.    Kaji tingkat kecemasan keluarga.
b.    Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
c.    Berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien. a. Untuk mengetahui tingkat cemas,dan mengambil cara apa yang akan digunakan
d.   informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi tingkat kecemasan keluarga.
e.    Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien.
5.      Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami cedera,dengan kriteria hasil :
a.    Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
b.    Klien tidur dengan tempat tidur pengaman
c.    Tidak terjadi serangan kejang ulang.
d.   Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit, Respirasi 16-20 x/menit
e.    Kesadaran composmentis
f.     Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang tenang dan nyaman.
g.    Anjurkan  klien istirahat
h.    Sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang.
i.      Lindungi klien pada saat kejang dengan :
-       longgarakn pakaian
-       posisi miring ke satu sisi
-       jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya
-       kencangkan pengaman tempat tidur
-       lakukan suction bila banyak sekret
j.      catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.
k.    sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang.
h.observasi efek samping dan keefektifan obat.
l.      observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung.
m.  lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang
n.    kerja sama dengan tim :
-       pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi
-       pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)
-       pemberian oksigen tambahan
-       pemberian cairan parenteral
-       pembuatan CT scan a.Penemuan faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran virus rabies.
o.    Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat menimbulkan kejang
p.    efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.
q.    lidah jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
r.     tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.
s.     dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
t.     tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran status umum klien.
u.    efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
v.    .kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
w.  kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
x.    untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.

6.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
Setelah diberikan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
a.       Kriteria Hasil:
Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
-       Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia
-       TTV dalam batas normal a.Kaji tanda – tanda infeksi
b.      Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
c.       Ajarkan teknik aseptik pada pasien
d.      Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
e.       Lakukan perawatan luka yang steril. a.Untuk mengetahui apakah pasian mengalami infeksi. Dan untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya.
f.       Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan umum pasien. Perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu tanda – tanda infeksi.
g.      Meminimalisasi terjadinya infeksi
h.      Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
i.        Perawatan luka yang steril meminimalisasi terjadinya infeksi.
IV. Evaluasi
j.        Dx 1 :- pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas
-pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.
k.      Dx 2 : - Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.
- Pasien bisa menelan dengan baik
-Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
l. Dx 3 : -Suhu pasien normal (36-370C)
- Pasien tidak mengeluh demam
m. Dx 4 :- Keluarga pasien tidak cemas lagi.
- Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut membantu dalam pemberian pengobatan.
n. Dx 5 :-Pasien tidak mengalami cedera.
- Pasien tidak mengalami kejang
o. Dx 6 : -Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti :
-          kalor,dolor,tumor,dubor,dan fungsionalasia.
-          Luka pasien terjaga dan terawat.





BAB IV
PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Rabies merupakan penyakit menular yang mematikan yang ditularkan oleh hewan melalui gigitannya. Virus rabies banyak terkandung dalam kelenjar liur hewan yang telah terinfeksi virus ini sehingga gigitannya inilah yang sangat berbahaya. Bila tergigit, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah mencuci daerah gigitan tersebut dengan sabun dan pada air yang mengalir untuk meminimalkan virus yang masuk ke pembuluh darah. Setelah itu barulah dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi anti rabies secara bertahap agar kita tidak terinfeksi virus rabies ini.

4.2         Saran
Bila memiliki binatnag peliharaan baik itu anjing, kucing, burung atau lain sebagainya, hendaknya selalu menjaga kebersihan hewan tersebut dan bawalah hewan peliharaan anda ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksinasi.















DAFTAR PUSTAKA

·      Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
·      Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
·      Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php
·      Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
·      Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
·      Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
·      Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
·      http://www.jakarta.go.id/_jakpus/Ternak/Rabies.htm ( diakses pada tgl 21-09-2009 )
·      http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=754 ( diakses pada tgl 21-09-2009 )
·      The Gau’ : http//:www.muhsakirmsg.blogspot.com/
·      Bali Post, Selasa 15 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Untuk Perbaikan Postingan Selanjutnya !

Facebook Twitter Fans Page
Gratis Berlangganan artikel B-digg via mail, join sekarang!