Selasa, 12 Maret 2013

LARUTAN ASAM DARI BERBAGAI BUNGA


KARYA ILMIAH KIMIA
LARUTAN ASAM DARI BERBAGAI BUNGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam, basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam karena jeruk mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan terasa pahit karena sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila untuk mengenali sifat asam atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya. Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator.
Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator sintetis. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator derajat keasaman diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu setiap sekolah seharusnya menyediakan indior sintetis untuk percobaan tersebut. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua sekolah mampu menyediakan indikator sintetis. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sehingga proses pembelajaran tetap berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti dengan alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.
1.2.       Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Indikator pH dari bunga putih, bunga kenikir, bunga picah piring, bunga merah dan bunga bugentil dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik berwarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena bahan-bahannya mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang manfaat bunga. Karakteristik bunga yang baik digunakan sebagai indikator pH yaitu bunga yang masih segar berwarna tua digunakan hanya mahkota bunga sedangkan benang sari dan putik tidak digunakan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pembuatan Indikator PH Bunga
Pada pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga sehingga proses pelarutan bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga maka semakin banyak pigmen warna bunga yang larut pada proses pelarutan. Pada proses pemotongan bunga tidak dicincang melainkan dipotong kecil-kecil. Setelah bunga dipotong selanjutnya bunga dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air yang terkandung.
Pengovenan dilakukan pada suhu 50ºC selama 15 menit. Pada suhu tersebut, pigmen bunga tidak berubah sehingga ketika dilarutkan akan menghasilkan warna yang mudah diamati.
Apabila pengeringan dilakukan pada suhu lebih besar dari 50ºC maka warna bunga akan berubah karena karakteristik warna bunga awal hilang. Bunga yang sudah kering dimasukkan dalam stoples dan ditambahkan alkohol 70% sampai ± 0,5 cm di atas bunga lalu didiamkan semalam agar pigmen warna bunga larut dalam alkohol. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol, yang dipilih sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat dari aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya.
Penggunaan pelarut untuk melarutkan bunga digunakan secukupnya karena apabila berlebihan maka larutan yang dihasilkan akan menjadi encer sehingga menyebabkan produk yang dihasilkan kurang baik. Setelah semalam, larutan disaring untuk mendapatkan filtratnya yaitu ekstrak bunga. Ekstrak bunga tersebut merupakan indikator cair. Kemudian indikator cair dituangkan dalam stoples lain dan disimpan dalam kulkas sampai akan digunakan.
Cara penggunaan indikator cair yaitu meneteskan indikator tersebut pada larutan yang akan diuji pHnya. Larutan akan memberikan perubahan warna yang kemudian perubahan warna tersebut dicocokkan dengan warna pada trayek pH indikator tersebut. Masing-masing warna pada trayek pH memiliki pH yang berbeda setiap warnanya. Warna larutan yang sama dengan warna pada trayek pH menunjukkan bahwa pH larutan sama dengan pH pada trayek pH indikator tersebut.
2.2.  Indikator alami asam basa
Indikator alami asam dan basa lain yang mudah ditemui yaitu bunga putih, bunga kenikir, picah piring, merah dan bugentil.
Dengan menggunakan indikator alami tersebut kita akan membuatnya dengan cara dibawah ini:
1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga putih
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
a.    Air suling (netral)
b.    Larutan cuka (asam)
c.    Air kapur (basa)
2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga kenikir
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
a.       Air suling (netral)
b.      Larutan cuka (asam)
c.       Air kapur (basa)
3. Cara pembuatan indikator alami dari bunga merah
Haluskan sejumlah bunga merah yang masih segar
Rebus selama 10 menit
Biarkan air kol merah menjadi dingin
Saring dalam stoples besar
Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:
a.       Air suling (netral)
b.      Larutan cuka (asam)
c.       Air kapur (basa)

4. Cara pembuatan indikator alami dari bunga bugentil
Parut kunyit yang telah dibersihkan
Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok kecil
Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
a.       Air suling (netral)
b.      Larutan cuka (asam)
c.       Air kapur (basa)

Selama ini indikator asam basa banyak menggunakan zat kimia atau lakmus. Namun bagi sekolah yang tidak memiliki bahan tersebut tentunya akan kesulitan dalam prosedur pengamatan larutan asam basa. Selain itu, zat kimia atau lakmus, harganya cukup mahal. Diperlukan kreativitas Guru Kimia untuk menggunakan alat dan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar.
Sebenarnya indikator asam basa dapat dibuat dengan menggunakan bahan dari lingkungan sekitar. Prinsip indikator adalah bahan yang memberikan warna berbeda pada lingkungan asam dan basa.
Pada umumnya bahan yang memiliki warna menyolok memiliki sifat memberikan warna yang berbeda pada kedua suasana tersebut.
Dari pengalaman penulis, beberapa jenis bunga dengan warna menyolok dapat dijadikan menjadi indikator asam basa. Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut :
1.      Siapkan bahan, yaitu beberapa kuntum bunga
2.      Siapkan alat, yaitu lumpang dan alu (uleg), kain saringan, beberapa gelas,
3.      Kelopak bunga dihaluskan dengan lumpang dan alu, setelah cukup halus ditambahkan dengan aquades (air murni) sebanyak 30 mL.
4.      Larutan di aduk sampai merata sehingga bewarna merah hitam, kemudian disaring dengan kain untuk memisahkan larutan dengan padatan, sehingga didapat larutan yang siap dipakai sebagai indikator alami.
5.      Untuk prosedur pengujian, larutan yang akan diuji sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa tetes dalam cekungan (plat tetes), kemudian ditambahkan larutan indikator 2-3 tetes.
2.3.     Hasil Proses  Larutan Asam

Nama Bunga

PH

Sifat

Bunga Putih
5
Asam
Kenikir
4
Asam
Picah Piring
5
Asam
Merah
4
Asam
Bugentil
6
Asam



BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Larutan indikator bunga akan memberikan warna merah hitam pada larutan asam, dan bewarna hijau tua pada larutan basa. Untuk uji coba dapat dilakukan pada larutan perasan jeruk sebagai larutan asam, dan air sabun sebagai larutan basa. Contoh larutan asam lainnya seperti larutan vitamin C, air aki, sedangkan contoh larutan basa, seperti cairan pembersih, cairan pemutih, dan beberapa larutan lainnya.
Bahan alami lain yang dapat digunakan sebagai indikator bunga kertas, namun dari pengalaman, beberapa bahan seperti bunga terompet dan wortel memberikan perbedaan warna yang hampir sama, sehingga cukup sulit bagi siswa untuk membedakan dalam uji larutan.
3.2.    Saran
Indikator asam dan basa yang baik yaitu zat warna yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Nah itulah tadi tulisan saya tentang indikator alamai asam basa. Semoga tulisan Indikator Alami Asam bisa bermanfaat bagi anda.

Sumber :
The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com/ Larutan Asam dari berbagai Bunga.

Makalah Penetapan Harga dan Penggunaan faktor Produksi


Penetapan Harga dan Penggunaan faktor Produksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Secara garis besar seperti halnya harga komiditi akhir, harga faktor produksi ditentukan melalui interaksi antara permintaan dan penawaran pasar. Tahap pertama dan penting dalam memperoleh kurva permintaan pasar produksi adalah menurunkan kurva permintaan salah satu perusahaan atas faktor produksi tersebut. Sehubungan dengan ini adalah pernyatan tentang berapa jumlah tiap faktor produksi yang seharusnya digunakan oleh suatu perusahaan agar dapat memaksimumkan keuntungannya. Kita harus memeperhatikan tiga kombinasi organisasi pasar produk dan faktor produksi.
Kurva Penawaran Pasar untuk Faktor Produksi
Kurva penawaran pasar atas faktor Produksi diperoleh dengan penjumlahan horizontal secara langsung kurva penawaran dari indifidu pemasok dari faktor produksi tersebut. Jadi, kurva penawaran faktor produksi pada perusahaan individu bersifat elastic tak terhingga. Namun, kurva penawaran faktor produksi tersebut biasanya mempunyai kemiringan positif, yang menunjukan lebih banyak faktor produksi akan ditawarkan hanya pada harga yang lebih tinggi.
Penetapan Harga dan Tingkat Penawaran Produksi
Sebagaimana halnya pada komoditi akhir, harga ekuilibrium faktor produksidan jumlah faktor produksi yang dipergunakan ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran pasar untuk faktor produksi tersebut.
Sewa dan Sewa Semu
Setiap pembayaran bagi pengguna faktor produksi yang melebihi dan diatas jumlah minimum yang dibutuhkan untuk mendorong munculnya penawaran faktor produksi itu disebut sewa. sewa merupakan konsep jangka panjang dan merupakan seluruh pembayaran yang dilakukan untuk faktor produksi yang penawarannya sudah tetap. Sewa semu (quasi rent) adalh pembayaran yang tidak perlu dilakukan dalam jangka pendek untuk mendorong terciptanya penawaran faktor prosuksi. Dengan demikian, sewa semu sama dengan TR dikurangi TVC.
Kurva Penawaran Faktor Produksi dan Biaya Marjinal Faktor Produksi atau Sumber Daya
Monopsony menunjukan dimana hanya terdapat seorang pembeli untuk faktor produksi tertentu. Dengan demikian, seorang monopsony (pada umumnya) menghadapi kurva penawaran pasar yang memiliki kemiringan positif. Hal ini berarti bahwa apabila perusahaan monopsonistis menginginkan lebih banyak faktor produksi, maka perusaah itu harus membayar harga yang lebih tinggi tidak hanya untuk unit tambahan faktor produksi itu tetapi juga untuk seluruh faktor produksi yang digunakannya. Akibatnya, biaya marjinal faktor produksi atau sumber daya (MRC) akan lebih besar dari harga faktor produksi atau sumber daya, dan kurva biaya marjinal sumber daya yang dihadapi monoponis terletak diatas kurva penawaran faktor produksi atau sumberdaya yang dihadapi .
1.2.       Rumusan Masalah
Setiap factor produksi dalam perekonomian adalah milik seseorang. Pemiliknya menjual factor produksi tersebut kepada para pengusaha, & sebagai balas jasa, mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji & upah. Tanah memperoleh sewa. Modal memperoleh bunga & keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diterima masing – masing factor produksi tergantung harga & jumlah yang digunakan.
Harga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Hasil penjualan adalah jumlah dari seluruh pendapatan factor produksi yang digunakan. Pendapatan nasional adalah nilai seluruh barang & jasa yang diproduksi oleh perusahaan – perusahaan yang ada di dalam negera tsb, & merupakan jumlah pendapatan berbagai factor produksi yang ada dalam perekonomian.
Analisis mengenai permintaan ke atas factor produksi tidakk hanya akan menjelaskan tentang penentuan harga factor produksi tapi juga pendapatan dari masing – masing factor produksi & distribusi pendapatan ke berbagai jenis factor produksi. Teori tentang penentuan harga factor produksi = teori distribusi.
1.3.       Tujuan Penulisan
-         Untuk mengetahui penetapan harga dan penggunaan factor produksi
-         Untuk mengetahui Pendapatan Faktor Produksi dan Distribusi Pendapatan
-         Untuk Menentukan Jumlah Faktor Produksi Yang Digunakan
-         Untuk mengetahui Tingkat Produksi dan  Hasil Penjualan
-         Dan Jumlah Faktor Produksi yang Digunakan



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Pentingnya Analisa Penentuan Harga Faktor Produksi
Memaksimumkan produksi dapat diciptakan oleh sumber daya yang tersedia. Di dalam setiap perusahaan usaha untuk menciptakan pengalokasian factor – factor produksi yang optimal harus dijalankan. Tindakan itu akan membantu tujuan keseluruhan perekonomian untuk mengalokasikan sumber – sumber daya dalam perekonomian secara efisien. Keuntungan & ketahanan (survival ) perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan factor – factor produksi yang dapat diperolehnya secara efisien.
Pendapatan Faktor Produksi & Distribusi Pendapatan
Setiap factor produksi dalam perekonomian adalah milik seseorang. Pemiliknya menjual factor produksi tersebut kepada para pengusaha, & sebagai balas jasa, mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji & upah. Tanah memperoleh sewa. Modal memperoleh bunga & keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diterima masing – masing factor produksi tergantung harga & jumlah yang digunakan.
Harga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Hasil penjualan adalah jumlah dari seluruh pendapatan factor produksi yang digunakan. Pendapatan nasional adalah nilai seluruh barang & jasa yang diproduksi oleh perusahaan – perusahaan yang ada di dalam negera tsb, & merupakan jumlah pendapatan berbagai factor produksi yang ada dalam perekonomian.
Analisis mengenai permintaan ke atas factor produksi tidakk hanya akan menjelaskan tentang penentuan harga factor produksi tapi juga pendapatan dari masing – masing factor produksi & distribusi pendapatan ke berbagai jenis factor produksi. Teori tentang penentuan harga factor produksi = teori distribusi.
2.2.   Teori Produktivitas Marginal
Suatu factor produksi akan menciptakan keuntungan yang paling maksimum apabila ongkos produksi tambahan yang dibayarkan kepada factor produksi itu = hasil penjualan tambahan yang diperoleh dari produksi tambahan yang diciptakan oleh factor produksi tsb.
2.2.1.  Menentukan Jumlah Faktor Produksi Yang Digunakan
Pada tingkat penggunaan factor produksi tertentu, produsen telah mencapai keuntungan maksimum. Apabila penggunaan factor produksi terus bertambah, keuntungan akan berkurang & apabila factor produksi yang digunakan dikurangi, keuntungan juga akan berkurang.
2.2.2.  Permintaan ke Atas Faktor Produksi
Dalam teori ini terlebih dahulu perlu dibuat beberapa permisalan :
-       Perusahaan menjual barang dalam pasar persaingan sempurna, harga barang tidak berubah walaupun jumlah yang dijual berbeda.
-       Hanya 1 saja factor produksi yang jumlah penggunaannya dapat diubah – ubah. Misalnya tenaga kerja.
-       Perusahaan membeli factor produksi yang dapat mengalami perubahan itu dalam pasar factor produksi yang bersifat persaingan sempurna.
Berdasarkan permisalan tsb, hubungan diantara banyaknya faktor produksi yang digunakan dengan tambahan hasil penjualan ditunjukkan dalam tabel berikut :
Jumlah
Jumlah
Produksi
Harga
Hasil
Hasil
Tenaga
Produksi
Fisik
Barang
Penjualan
Penjualan
Kerja
Fisik
Marginal
Total
Produksi
(Rp)
Marginal
(MPP)
(Rp)
(TRP)
(MPR) (Rp)
0
0
100
0
> 24
> 2400
1
24
100
2.400
> 20
> 2000
2
44
100
4.400
> 16
> 1600
3
60
100
6.000
> 12
> 1200
4
72
100
7.200
> 8
>200
5
80
100
8.000
> 4
>400
6
84
100
8.400
> 2
>200
7
86
100
8.600
2.2.3. Tingkat Produksi & Hasil Penjualan
Pertambahan produksi dinamakan Produksi fisik Marginal atau MPP (Marginal Physical Product). Sedangkan jumlah produksi fisik adalah TPP atau total physical product. Hasil penjualan produksi total adalah total revenue product (TRP). Hasil penjualan produksi marginal yaitu marginal revenue product (MRP).
2.2.4. Jumlah Faktor Produksi yang Digunakan
Ditinjau dari sudut penggunaan factor – factor produksi, seorang produsen akan memaksimumkan keuntungannya apabila melakukan kegiatan produksi sampai pada tingkat dimana hasil penjualan marginal = harga factor.
2.3.   Persaingan Tidak Sempurna dan Permintaan ke atas Faktor Produksi
2.3.1.   Permintaan Faktor : Contoh Angka
Dalam pasar barang yang bersifat persaingan tidak sempurna harga akan menjadi semakin rendah pada tingkat produksi / penjualan barang yang semakin tinggi. Harga yang semakin rendah ini menyebabkab hasil penjualan dan hasil penjualan marginal pada setiap tingkat penggunaan tenaga kerja adalah lebih rendah dari yang terdapat dalam pasar persaingan sempurna. Angka – angka dalam tabel berikut akan membuktikan kebenaran pernyataan tsb :
Jumlah
Jumlah
Produksi
Harga
Hasil
Hasil
Tenaga
Produksi
Fisik
Barang
Penjualan
Penjualan
Kerja
Marginal
Total
Marginal
(Rp)
(MPP)
(Rp)
(TRP)
(MPR) (Rp)
0
0
100
0
> 24
> 2160
1
24
90
2.160
> 20
>1360
2
44
80
3.520
> 16
>680
3
60
70
4.200
> 12
>120
4
72
60
4.320
> 8
> – 320
5
80
50
4.000
> 4
> – 640
6
84
40
3.360
> 2
> – 780
7
86
30
2.580
2.3.2.   Grafik Permintaan Faktor
Kurva hasil penjualan produksi marginal di dalam pasar persaingan tidak sempurna akan selalu terletak di sebelah kiri dari kurva hasil penjualan produksi marginal di dalam persaingan sempurna. Keadaan ini disebabkan karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja yang lebih tinggi, harga barang menjadi lebih murah. Maka pada setiap tingkat penggunaan tenaga kerja, tambahan hasil penjualan dalam pasar persaingan tidak sempurna adalah lebih rendah dari yang diperoleh dalam pasar persaingan sempurna.
2.4.   Sifat Permintaan Ke Atas Faktor Produksi
2.4.1. Permintaan Terkait
Permintaan seorang pengusaha ke atas factor – factor produksi mempunyai sifat berbeda – beda. Permintaan tsb dipengaruhi oleh keinginan pengusaha untuk menghasilkan barang – barang yang akan dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Selama pertambahan penggunaan suatu factor produksi akan menambah keuntungannya, lebih banyak factor produksi tersebut akan digunakannya. Oleh karena permintaan pengusaha ke atas sesuatu factor produksi ditentukan oleh kemampuan factor produksi tsb untuk menghasilkan barang yang dapat dijual pengusaha itu dengan menguntungkan, permintaan ke atas factor – factor produksi dinamakan permintaan terkait / Derived Demand.
2.4.2.   Bentuk Kurva Permintaan Ke Atas Faktor
Kurva permintaan ke atas factor produksi menurun dari kiri atas menuju kanan bawah. Kurva seperti itu menggambarkan bahwa makintinggi harga faktor produksi, makin sedikit permintaan ke atas faktor produksi tsb.Kurva permintaan ke atas sesuatu faktor pada umumnya menurun ke bawah karena :
-       Perubahan harga akan merubah pendapatan riel pembeli & perubahan pendapatan riel ini selanjutnya mempengaruhi permintaannya.
-       Perubahan harga merubah kepuasan relatif dari mengonsumsikan barang itu jika dibandingkan dengan barang lain.
Permintaan ke atas sesuatu faktor produksi digambarkan oleh kurva yang menurun ke bawah disebabkan oleh :
-       Harga faktor produksi yang lebih tinggi akan menaikkan harga barang yang dihasilkannya, maka harga barang tsb akan naik & permintaannya berkurang, yang selanjutnya menimbulkan pengurangan ke atas permintaan faktor produksi.
-       Perubahan harga akan menimbulkan penggantian dari faktor produksi yang menjadi relatif mahal kepada faktor produksi yang relatif murah.
-       Sebagai akibat dari pengaruh hukum hasil lebih yang semakin berkurang.
2.5.    Pergeseran Kurva Permintaan Faktor Produksi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menggeser kurva permintaan produsen ke atas faktor – faktor produksi :
-       Perubahan permintaan ke atas barang yang diproduksinya.
-       Perubahan harga dari faktor produksi lain yang digunakan.
2.6.    Elastisitas Permintaan Faktor Produksi
Sesuatu perubahan harga factor produksi akan menimbulkan akibat yang berlainan ke atas perubahan jumlah berbagai factor produksi yang digunakan.

2.6.1. Elastisitas Permintaan Dari Barang yang Dihasilkan
Makin besar elastisitas permintaan ke atas barang yang dihasilkan, makin besar pula elastisitas permintaan ke atas faktor produksi.

2.6.2. Perbandingan di Antara Ongkos yang Dibayar Kepada Faktor Produksi Dengan Ongkos Total
Makin besar bagian dari ongkos produksi total yang dibayarkan kepada sesuatu faktor produksi, makin lebih elastis permintaan faktor produksi tsb.

2.6.3. Tingkat Penggantian di Antara Faktor Produksi
Makin banyak faktor – faktor produksi lainnya yang dapat menggantikan sesuatu faktor produksi tertentu, semakin elastis permintaan ke atas faktor produksi tsb.
2.6.4. Tingkat Penurunan Produksi Fisik Marginal (MPP)
Makin cepat penurunan produksi fisik marginal makin tidak elastis permintaan ke atas faktor produksi yang bersangkutan.

2.7.       Penentuan Penggunaan Optimum Ke Atas Faktor Produksi
2.7.1. Gabungan Faktor Produksi yang Meminimumkan Ongkos
Penggunaan faktor – faktor produksi akan meminimumkan ongkos apabila setiap rupiah yang dibayarkan kepada faktor produksi menghasilkan produksi fisik marginal yang sama besarnya. Produksi fisik marginal dari modal & tenaga kerja untuk setiap rupiah adalah
a)      MPP per rupiah dari modal = MPPc  Pc
b)      MPP per rupiah dari tenaga kerja =  MPP l Pl
Peminimumam ongkos dengan menggunakan 2 faktor produksi yang berbeda harganya adalah
MPP C  Produksi Fisik Marginal dari Modal
MPP  Produksi Fisik Marginal dari Tenaga Kerja
 Harga per unit modal
 Harga per unit tenaga kerja
MPPc = MPP l  Pc          Pl
Apabila MPPc / Pc lebih besar dari MPPl/Pl perusahaan perlu menambah penggunaan modal & mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk meminimumkan ongkos. Tapi bila MPPc/Pc lebih kecil dari  MPPl/PL ongkos akan diminimumkan apabila penggunaan modal dikurangi & penggunaan tenaga kerja ditambah.
2.7.2. Gabungan Faktor Produksi yang Memaksimumkan Keuntungan
Agar penggunaan sesuatu faktor produksi tertentu menghasilkan keuntungan yang maksimum maka harga faktor produksi harus = hasil penjualan produksi marginal (MRP). Dengan demikian, jika tenaga kerja yang digunakan maka syarat untuk memeksimumkan keuntungan adalah :
P= MRPatau MRPL/P l =1
Jika yang digunakan adalah modal maka syaratnya adalah P= MRPC atau PRPc/Pc = 1
Karena MRP l/Pl =1 dan MRPc/ pc = 1 maka dari kedua persamaan itu dapat disimpulkan bahwa untuk memaksimumkan keuntungan syarat yang harus dipenuhi adalahMPR l /Pl= MPRc/ Pc = 1
2.8.       Resume penentuan harga Faktor Produksi
Kapan seorang produsen yang menjual outputnya dan membeli inputnya di pasar persaingan sempurna secara teoritis memperoleh keuntungan maksimum. Produsen akan memperoleh keuntungan maksimum apabila ia menhhasilkan output yang optimum dalam arti pada tingkat output tersebut kombinasi factor produksi yang ia gunakan memerlukan pengeluaran biaya produksi total yang terkecil. Atau dalam rumusmatematis, tingkat keuntungan yang maksimum terjadi pada saat :
-       PA · MPx = Px atau MRPx = MRCx
-       PA = harga output A per unit
-       MPx = dTR / dX ( tambahan output A akibat ditambahnya 1 unit input X )
-       MRPx = dTR / dX ( tambahan penerimaan total akibat ditambahnya 1 unit input X )
-       MRCx = dTC / dX ( Tambahan biaya produksi akibat ditambahnya 1 unit input X )
-       Catatan : dalam pasar persaingan sempurna di input market, Px adalah konstan. Jadi Px = dTC / dX = MRCx
Perbedaan dan persamaan pokok antara kurva MRPx bagi produsen yang menjual outputnya di pasar persainagn sempurna dengan kurva MRPx bagi produsen yang menjual outputnya di pasar persaingan sempurna bagi produsen yang menjual outputnya di pasar persaingan tidak sempurna.
Persamaan baik kurva MPRx bagi produsen yang menjual outpunya di pasar persaingan sempurna maupun di pasar persaingan tidak sempurna adalah mula-mula berlereng positif dan mulai di titik tertentu berlerang negative. Bentuk kurva yang MPRx yang seperti ini mencerminkan bahwa di dalam proses produksi dengan ditambahnya factor produksi X mula-mula akan menambanh produksi total yang semakin banyak. Akan tetapi mulai titik tertentu tambahan factor produksi secara terus menerus terebut mengakibatkan tambahan output yang semakin lama semakin berkurang.
Perbedaan Pada bagian kurva MPRx yang menurun pada kasus produsen yang menjual outputnya di pasar pasar persaingan tidak sempurna (monopoli) relative lebih tegak dibandingkan dengan kasus produsen yang membeli inputnya di pasar persaingan sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna,bentuk kurve MR produsen berlereng negative, sedangkan dalam bentuk pasar persaingan sempurna bentuk kurva MR produsen adalah horizontal.
Cara menurunkan kurva permintaan produsen terhadap factor produksi X
Mempertemukan kurve MPRx produsen dengan berbagai kemungkinan tingkat harga factor produksi X di pasar.
Pada waktu harga input X di pasar adalah P1, maka produsen akan meminta input X sebanyak OX1. Hal ini disebabkan pada waktu harga X adalah P1, garis horizontal MRC1 merupakan kurva produsen. Jadi supaya keuntungan produsen maksimim makapada waktu harga input X adalah P1 maka ia harus meminta X sebanyak OX1 ( karena dengan demikian berarti MRPx = MRCx ). Dengan alas an yang sama berarti apabila harga input X adalah P2, maka produsen akan meminta sebanyak OX2. Kesimpulannya kurve permintaan produsen akan X adalah identik dengan kurva MPRx itu sendiri.
MRP,MRC,PP
Perbedaan bentuk kurve-kurve MRC dan penawaran factor produksi yang dihadapi oleh produsen yang yang membeli inputnya di pasar persaingan sempurna dan di pasar persaingan tidak sempurna.
Perbedaan pokoknya adalah :
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan sempurna kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi saling berimpit dan kedua-duanya merupakan sebuah garis yang horizontal sejajar dengan sumbu X. Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input X ( Px ) bersifat konstan , sehingga akibatnya produsen dalat membeli input X tersebut berapapun tanpa mengubah tingkat harga yang berlaku di pasar. Kalau Px bersifat konstan, maka berarti pula MRCx = dTC/dX = Px.
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan tidak sempurna antara kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi tidak saling berimpit. Kedua-duanya berlereng positif, dengan kurca MRCx mempunyai leeng yang lebih besar dari kurva penawaran input yang dihadapi oleh produsen. Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input bersifat tidak konstan, berubah-ubah searah dengan perubahan jumlah factor produksi yang diminta produsen.



BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
Strategi penetapan harga ditentukan oleh keputusan manajemen tentang bauran produk, kualitas produk, dan merek produk. Strategi distribusi juga mempengaruhi pilihan mengenai bagaimana harga akan berhasil di dalam kombinasi strategi periklanan dengan armada penjualan. Strategi penetapan harga mempengaruhi keputusan elemen bauran pemasaran lainnya. Karena, harga itu sendiri merupakan salah satu elemen bauran pemasaran. Dalam prosesnya strategi penentapan harga berlangsung penentuan tujuan, analisis situasi, pemilihan strategi, penentuan harga khusus dan kebijakan. Banyak bisnis menggunakan strategi penetapan harga untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Hal tersebut, ialah untuk mendapatkan posisi pasar, mencapai kinerja keuangan, penentuan posisi produk, dan mempengaruhi persaingan. Selain demikian dua kecenderungan pun hadir dalam penggunaan harga sebagai variabel strategis. Pertama, bisnis merancang harga secara fleksibel untuk mengatasi perubahan dan ketidakpastian. Kedua, harga seringkali digunakan sebagai elemen strategis bisnis dan pemasaran secara aktif. Analisis terhadap situasi penetapan harga dilakukan untuk mengembangkan strategi terhadap kurva lini produk atau memilih strategi penetapan harga terhadap suatu produk maupun merek baru. Penekanan formulasi strategi ditempatkan pada beberapa kegiatan penting yang mencakup analisis pasar, analisis produk, analisis persaingan termasuk pertimbangan hukum dan etika. Analisis tersebut, menunjukan luasnya daya lenting penetapan harga. Penetapan harga dapat didekati dari strategi sangat aktif, aktif, hampir aktif. Penetapan harga khusus dilakukan berdasarkan biaya, persaingan dan atau permintaan. Dalam keberadaannya pelaksanaan dan pengelolaan strategi penetapan harga mencakup penetapan kebijakan-kebijakan. Akhirnya, beberapa pertimbangan penetapan harga khusus terungkap,yaitu: saluran distribusi, daur hidup produk, hubungan kualitas dengan harga yang tidak selamanya berbanding lurus.
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan berdasarkan kalkulasi biaya yang dikeluarkan seperti biaya produksi atau biaya mendapatkan produk, biaya marketing, biaya operasional, keuntungan yang diinginkan perusahaan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen. Dengan kata lain harga ditetapkan karena terdapat keinginan, kebutuhan dan daya beli konsumen.
Pada kondisi dan situasi penuh persaiangan peranan harga cenderung meningkat, menurut Prof.Michael Laric dalam buku Marketing Startegy and Management, Michael J Baker, Emeritus Proffesor of Marketing, Strathclyde University, England, bahwa peranan harga cenderung meningkat apabila kondisi-kondisi berikut terjadi: 
-       Produk tersebut pertama kali diterjunkan ke pasar;
-       Dikaitkan dengan tujuan perusahaan;
-       Perusahaan kompetitor melakukan penurunan harga;
-       Adanya produk baru yang dihasilkan dari pengembangan teknologi baru yang mempunyai sifat subtitusi dan lebih efisien serta efektif. Disamping itu menurut dari Prof Michael J Baker, harga memiliki peranan penting dalam bauran pemasaran dikarenakan :
-       Elasitas harga lebih besar pengaruh terhadap permintaan dibandingkan dengan elasitas elemen marketing mix lainnya;
-       Perubahan harga sangat mempengaruhi perubahan jumlah penjualan;
-       Pelaksanaan perubahan harga jauh lebih mudah dibandingkan dengan rencana perubahan strategi produk atau promosi;
-       Reaksi perusahaan saingan terhadap perubahan harga biasanya lebih cepat dan sensitif;
-       Dalam melaksanakan implementasi harga tidak memerlukan investasi modal;
-       Harga suatu produk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (resesi ekonomi dan inflasi, peningkatan suhu persaingan, kejenuhan pasar atau kelebihan jumlah pasokan, muncul perusahaan kompetitor baru, dan berkembangnya konsumerisme).

Tujuan Penetapan Harga
1.    Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
2.    Mempertahankan perusahaan. Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3.    Menggapai ROI (Return on Investment). Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
4.    Menguasai Pangsa Pasar. Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran.
5.    Mempertahankan status quo. Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.
3.2.    Saran
Untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Struktur penetapan harga yang sehat membantu perusahaan menghasilkan penjualan dan membangun kesetiaan nasabah. Struktur penetapan harga yang keliru bisa membuat bisnis bekerja keras untuk melayani nasabah dan mencapai keuntungan. Kalau Anda perlu menetapkan harga yang akan dibebankan untuk produk atau jasa Anda, hindari kesalahan penetapan harga yang umum ini.
  1. Menjual terlalu murah
Untuk menetapkan harga yang realistis, Anda perlu mengetahui seluruh biaya yang terlibat dalam pembuatan produk atau jasa Anda. Ini mencakup kemudahan menelusuri biaya seperti harga suku cadang dan persediaan, dan juga biaya kurang berwujud yang terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan yang Anda bawa keatas meja. Sebagian pengusaha menetapkan harga yang tidak memperhitungkan segala pengeluaran ini. Mereka mungkin lupa untuk menambahkan biaya overhead seperti listrik, air atau uang sewa, atau mengalami kesukaran untuk menghargai nilai dari waktu mereka. Salah satu pendekatan bisnis berdasarkan jasa yang digunakan untuk menetapkan harga yang wajar untuk penawaran barang dan jasa mereka adalah menetapkan upah per jam untuk pembebanan jasa. Mereka kemudian mengalikan angka ini dengan jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dalam rangka menetapkan harga keseluruhan proyek.
  1. Mengikuti persaingan
Dengan mendasarkan struktur penetapan harga Anda pada harga pesaing bisa berbahaya karena biaya yang digunakan pesaing menghitung harga mungkin tidak ada hubungannya dengan biaya Anda. Mereka mungkin membayar harga lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang Anda lakukan, membeli teknologi yang berbeda, dan mempunyai anggaran pemasaran lebih besar atau lebih kecil. Namun demikian, ada gunanya untuk mengetahui berapa harga yang dibebankan pesaing sehingga Anda dapat menyadari bahwa harga Anda adalah realistis untuk pasar. Jika Anda jumpai bahwa harga Anda jauh lebih rendah dari pesaing, periksalah untuk memastikan bahwa Anda tidak melupakan sesuatu dari persamaan penetapan harga.
  1. Persaingan harga
Penetapan harga semata-mata untuk mengalahkan pesaing adalah usulan yang lemah. Dengan cara ini memang Anda akan menarik pembeli, akan tetapi kemungkinan mereka bukan nasabah yang setia. Jika harga rendah menarik perhatian mereka ke bisnis Anda, mereka mungkin meninggalkan perusahaan Anda begitu ada opsi lebih bagus. Pendekatan yang lebih baik adalah mengadakan perbedaan antara bisnis Anda dengan bisnis pesaing dengan cara-cara yang lain, seperti layanan nasabah unggul, penyempurnaan ciri-ciri khas produk, atau kualitas lebih bagus.
  1. Menunggu terlalu lama untuk menaikkan harga
Permintaan yang meningkat atau biaya persediaan yang meningkat bisa menempatkan Anda kedalam posisi di mana Anda harus memutuskan apakah menaikkan atau tidak menaikkan harga. Beberapa pemilik bisnis menghindari kenaikan harga karena mereka takut nasabah akan bereaksi negatif. Dalam banyak hal, strategi yang lebih baik adalah secara teratur sedikit demi sedikit menaikkan harga daripada membebani nasabah dengan satu kenaikan harga yang besar. Dengan kata lain, kenaikan harga 10 persen kemungkinan mengundang lebih banyak perhatian negatif daripada dua kali kenaikan harga 5 persen.
  1. Menurunkan harga tanpa mengubah pengiriman
Sebagian pelanggan mungkin berusaha secara cerdik mendapat harga yang lebih rendah dari perusahaan Anda. Ini dapat menempatkan Anda dalam posisi yang sukar, terutama jika Anda menjalankan bisnis berlandaskan jasa. Mengirim pesanan yang telah disepakati dengan harga yang lebih rendah bisa mengirim pesan seolah-olah harga awal Anda terlampau tinggi, dan semua bisnis berikutnya akan terbuka untuk negosiasi harga. Pendekatan yang lebih baik adalah menerima harga yang lebih rendah, tetapi mengubah sedikit ketentuan pengiriman. Misalnya, jika Anda sedang merundingkan harga untuk pemasangan teknis selama tiga bulan, Anda bisa menyetujui biaya proyek yang lebih rendah kalau jumlah pertemuan mingguan dikurangi atau laporan bulanan dipersingkat. Opsi lain yang masuk akal untuk pesanan yang besar adalah menetapkan harga yang lebih rendah sebagai potongan harga karena jumlah besar.
  1. Menetapkan harga secara acak
Sebagian nasabah mungkin mendesak untuk mengetahui bagaimana Anda merancang struktur penetapan harga, sehingga adalah penting untuk bisa membenarkan dasar-dasar penetapan harga Anda Tambahan pula kecuali Anda cukup sadar akan bagaimana biaya terkait dengan harga Anda, akan sukar bagi Anda untuk mengenali kapan waktu yang tepat untuk menyesuaikan penetapan harga Anda.


Daftar Pustaka
·      Blaug, Mark (1992). The methodology of economics, or, How economists explain. Cambridge University Press. hlm. 286. ISBN 0-521-43678-8.
·      Leamer, Edward E. (1995). The Heckscher-Ohlin Model in Theory and Practice. Princeton Studies in International Finance. 77. Princeton, NJ: Princeton University Press. ISBN 0-88165-249-0.
·      Ohlin, Bertil (1967). Interregional and International Trade. Harvard Economic Studies. 39. Cambridge, MA: Harvard University Press.
·      The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com/ Harga dan Faktor produksi
·      The Heckscher-Ohlin Model Between 1400 and 2000 An econometric analysis of factor prices, commodity prices, and endowments in intercontinental trade by NBER in 1999. It finds that 19th century trade patterns and economies can be successfully modelled within an H-O framework.




Facebook Twitter Fans Page
Gratis Berlangganan artikel B-digg via mail, join sekarang!