MAKALAH ABLASIO
RETINA DAN ASUHAN KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari
tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari
dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan
pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan
dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
Ablasio retina
adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan dibawahnya, sebagian
atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya proses penglihatan. Keadaan
ini dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan
dapat terjadi pada berbagai usia. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada
penderita yang memakai kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat
pukulan yang keras.
1.2.
Rumusan
Masalah
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina
neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina
neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari
epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan
aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan .
1.3.
Tujuan
Penulisan
Untuk mengetahui penyebab dan penanggulangannya serta
askep daripada gangguan Ablasio Retina.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina
dari jaringan penyokong di bawahnya. Jaringan saraf yang membentuk bagian peka
cahaya pada retina membentuk suatu selaput tipis yang melekat erat pada
jaringan penyokong di bawahnya.
Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina
tidak dapat berfungsi dan jika tidak kembali disatukan bisa terjadi kerusakan
permanen.
Ablasio bisa bermula di suatu daerah yang kecil,
tetapi jika tidak diobati, seluruh retina bisa terlepas. Pada salah satu bentuk
ablasio, retina betul-betul mengalami robekan. Bentuk ablasio ini biasanya
terjadi pada penderita miopia atau penderita yang telah menjalani operasi
katark atau penderita cedera mata.
Pada ablasio lainnya, retina tidak robek tetapi
terpisah dari jaringan di bawahnya.Pemisahan ini terjadi jika gerakan cairan di
dalam bola mata menarik retina atau jika cairan yang terkumpul diantara retina
dan jaringan di bawahnya mendorong retina.
2.2. Etiologi
Retina merupakan selaput transparan di bagian
belakang mata yang mengolah bayangan yang difokuskan di retina oleh kornea dan
lensa.
Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya
robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui
robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan
di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
# Trauma
# Proses penuaan
# Diabetes berat
# Penyakit peradangan.
Tetapi ablasio retina sering kali terjadi secara
spontan. Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati
akibat prematuritas. Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh
darah retina yang kecil bisa menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata yang
dalam keadaan normal terisi oleh humor vitreus. Jika terjadi pelepasan makula,
akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang.
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:
- Rabun dekat
- Riwayat keluarga dengan ablasio retina
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Trauma.
2.3. Manifestasi Klinik
Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa
menyebabkan gambaran bentuk-bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan
cahaya, serta menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
Hilangnya fungsi penglihatan awalnya hanya terjadi
pada salah satu bagian dari lapang pandang, tetapi kemudian menyebar sejalan
dengan perkembangan ablasio. Jika makula terlepas, akan segera terjadi gangguan penglihatan dan
penglihatan menjadi kabur.
2.4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan mata. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan
retina :
# Oftalmoskopi direk dan indirek
# Ketajaman penglihatan
# Tes refraksi
# Respon refleks pupil
# Gangguan pengenalan warna
# Pemeriksaan slit lamp
# Tekanan intraokuler,/I>
# USG mata
# Angiografi fluoresensi
# Elektroretinogram.
2.5. Penatalaksanaan
Pembedahan laser bisa digunakan untuk menutup
lubang atau robekan pada retina yang biasanya ditemukan sebelum terjadinya
ablasio. Dengan kriopeksi (pemberian dingin dengan jarum es) akan terbentuk
jaringan parut yang melekatkan retina pada jaringan di bawahnya.Teknik ini
digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara dan kepala dipertahankan
pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan kembali cairan di belakang
retina.
Penempelan kembali retina melalui pembedahan
terdiri dari pembuatan lekukan pada sklera (bagian putih mata) untuk mengurangi
tekanan pada retina sehingga retina kembali menempel.
2.6. Pencegahan
Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah
terjadinya trauma pada mata. Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula
darahnya secara seksama. Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal
setahun sekali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
(ASKEP) ABLASIO RETINA
3.1. Definisi
Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut
dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau
mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin
ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasio retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina
lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului
oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya
lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi,
penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya
bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
1. Non rhemathogen retina detachmen :
a.
Malignancy
hypertensi
b.
Choriodal
tumor
c.
Chorioditis
d.
Retinopati
2. Rhemathogen retina detachmen :
a.
Trauma
b.
Degenerasi
c.
Kelainan
vitreus
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah
trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan
mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina
sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada
badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid,
misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia
gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM,
proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.
3.2. Faktor predisposisi
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina
yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api,
penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila
makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.
Pemeriksaan penunjang :
Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah temporal
superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang, terdapat
defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat
maka terjadi glaukoma neomuskular pada Ablasi yang lama.
Penatalaksanaan :
Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya, seperti
:Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat
jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas
intraokuler.
Usaha Pre-operatif :
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah
sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak
boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita
dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 %
jangan menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan
menghalangi jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan
lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina mengguna
kan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum
operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam
sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.
Usaha Post-operatif :
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan
adalah posisi kepala, per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan
pemeriksaan lanjutan (follow –up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya
kepala, tergantung posisi/keadaan sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi
cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala dan
badan dipertahankan sedikitnya 12 hari. Pergerakan mata, bila
operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi koagulasi dengan suatu
implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 – 72 jam
sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan matanya. Bila hanya
menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48 jam samapai cairan
subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka kedua mata harus
ditutup selama 12 – 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat pada akhir
minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu diberikan
instruksi sebagai berikut :
ü Jangan membaca.
ü Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.
ü Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila
berkendaran hendaknya mata di tutup.
Obat – obat :
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500
mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu
diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut
dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1
%. Bila kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai
babat tindih (druk verban) dan kompres dingin.
Follow Up:
Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu
kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca bedah.
Visus terlihat kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah.
Prognosis :
90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas
lagi.
3.3. Fokus pengkajian
ü Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak
ü Gangguan lapangan pandang
ü Melihat bendan bergerak seperti tirai
ü Bila mengenai makula visus sentral sangat
menurun
ü Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan
ü Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole
ü Diperlukan tindakan pembedahan/operasi.
3.4. Diagnosa perawatan Pre-operasi
yang mungkin terjadi
Perubahan persepsi
sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari
retina.
Tujuan :
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria :
ü Klien memahami pentingnya parawatan yang
intensif/bedrest total.
ü Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi
sehubungan dengan penyakitnya.
3.5. Rencana
Intervensi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan klien untuk bedrest total
|
Agar lapisan saraf yang telepas
tidak bertambah parah.
|
Berikan penjelasan tujuan bedrest
total
|
Agar klien mematuhi dan mengerti
maksud pemberian /perlakuan bedrest total.
|
Hindari pergerakan yang mendadak,
meng-
hentakkan
kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
|
Mencegah bertamabh parahnya
lapisan saraf retina yang terlepas .
|
Jaga kebersihan mata
|
Mencegah terjadinya infeksi,agar
mem permudah pemeriksaan dan tindakan operasi.
|
Berikan obat tetes mata
midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter.
|
Diharapkan dengan pembnerian
obat-obat
Kondisi penglihatan dapat
dipertahankan/
Dicegah agar tidak menjadi parah
|
Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
ü Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
ü Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang
diberikan/dilakukan.
ü Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi,
pasca operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat ansietas :
ringan,sedang,berat,panik
|
Untuk mengetahui sampai sejauh
mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep
se-lanjutnya.
|
Berikan kenyaman dan ketentraman
hati
|
Agar klien tidak terlalu
memikirkan penyakitnya.
|
Berikan penjelasan mengenai
prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.
|
Agar klien mengetahui/memahami
bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
|
Berikan/tempatkan alat pemanggil
yang mudah dijangkau oleh klien
|
Agar klien merasa aman dan
terlindungi saat memerlukan bantuan.
|
Gali intervensi yang dapat
menurunkan ansietas.
|
Untuk mengetahui cara mana yang
efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas.
|
Berikan aktivitas yang dapat
menurunkan kecemasan/ketegangan.
|
Agar klien dengan senang hati
melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan
dengan prog-ram perawatan.
|
Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang
berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang
diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak
lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang
direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan
situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
ü Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang
ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
ü menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor
penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
ü Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku
kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan
pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan
penyokong di bawahnya. Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya pada retina
membentuk suatu selaput tipis yang melekat erat pada jaringan penyokong di
bawahnya.
Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang
pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang
tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
· Trauma
· Proses penuaan
· Diabetes berat
· Penyakit peradangan
4.2. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit Ablasio Retina. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Apotik
online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
·
Muh.sakir Dg. Gau’ (2013) : http/www.muhsakir.blogspot.com/html
·
Kapita
selekta I Hal 64.
·
Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Prof. Dr. Sidarta Ilyas
·
Oftalmologi Umum. Daniael Vaughan Tailos Absury. Jakarta : Widya Medika. 1996 Hal
205.
Sangat membantu .. Terima kasih admin ☺
BalasHapus