BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan
rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan
jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat
pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah
efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik,
tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan harganya murah.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka kami selaku penulis mengangkat beberapa permasalahan, yaitu bagaimana
konsep dasar dan konsep keperawatan pada klien dengan scabies, khususnya pada
anak?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk membahas konsep dasar dari scabies dan mengetahui proses keperawatan
pada klien dengan scabies.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Scabies
Scabies merupakan penyakit
kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S.
scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada
kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei
var ovis.
Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat
dibawah lensa mikroskop, yang hidup didalam jaringan kulit penderita, hidup
membuat terowongan yang bentuknya memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa
gatal makin menjadi-jadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur.
Dibandingkan penyakit kulit gatal lainnya, scabies merupakan penyakit kulit
dengan rasa gatal yang lebih dibandingkan dengan penyakit kulit lain.
Sinonim dari penyakit ini adalah
kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Akibatnya, penyakit ini
menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu
betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter
dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan
sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki
ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu
membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu
bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur
menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya
terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian
kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari longlegs dan tangan,
siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki
kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang
kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara
lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan
penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung,
karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga,
di kelas sekolah, di asrama, di pesantren.
2.2. Gejala Penyakit Scabies
Gejala
yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang
umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. gejala
lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit Gejala
lainnya muncul gelembung berair pada kulit dan dapat menyebar hingga kedaerah
perut dan telapak kaki.
2.3. Penyebab Scabies
Scabies dapat disebabkan oleh kutu
atau kuman Sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini
termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.
Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata.
Tungau ini transient, berwarna putih
kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron
x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x
150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di
depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup
tungau ini sebagai berikut.
Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Telur menetas menjadi larva dalam
waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel
rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau
jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada
suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena
seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit
skabies ini.
2.4.
Macam-macam Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies
atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan
kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1.
Skabies pada orang bersih (scabies
of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2.
Skabies incognito. Bentuk ini timbul
pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3.
Skabies nodular. Pada bentuk ini
lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah
tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini
timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4.
Skabies yang ditularkan melalui
hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela
jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang
sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini
bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei
var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5.
Skabies Norwegia. Skabies Norwegia
atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada
penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies
Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6.
Skabies pada bayi dan anak. Lesi
skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
(Harahap. M, 2000).
7.
Skabies terbaring ditempat tidur
(bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap.
M, 2000).
2.5.
Penyebaran Scabies
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var.
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
2.6.
Pengobatan Scabies
pengobatan scabies dapat dilakukan
dengan delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT
(Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi
salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik maupun non
organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama
10 jam.
Alternatif lain adalah mandi denga
sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan
antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena
membuat kulit menjadi kering. Pengobatan scabies harus dilakukan secara
serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak tertular kembali
penyakit scabies.pengobatan juga dapat dilakukan kepada semua keluarga yang
berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya.
2.7.
Pencegahan Scabies
Tidak ada vaksin untuk kudis
sehingga pencegahan harus dilakukan melalui menghindari infeksi. Seluruh pihak
yang berada dekat dengan penderita perlu diobati pada waktu bersamaan, walaupun
belum ada gejala. Pakaian, handuk, seprai dan barang-barang yang bersentuhan
dengan kulit sebaiknya dicuci dan disetrika untuk mencegah penularan.
a.
Cara-cara pencegahan
Lakukan penyuluhan kepada masyarakat
dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara
pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak.
b.
Pengawasan penderita, kontak dan
lingkungan sekitarnya
1.
Laporan kepada Dinas Kesehatan
setempat: Laporan resmi tidak dilakukan, kelas 5 (lihat tentang laporan
penyakit menular).
2.
Isolasi: Siswa sekolah atau pekerja
yang terinfeksi dilarang masuk ke sekolah dan pekerja sampai dilakukan
pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24
jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif.
3.
Disinfeksi serentak: Pakaian dalam
dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan
dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan
pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan
pada infestasi yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada
penderita Norwegian scabies sangat penting karena potensi untuk menularkan
sangat tinggi
4.
Karantina: Tidak diperlukan
5.
Immunisasi kontak: tidak ada
6.
Penyelidikan terhadap penderita
kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan dan tidak
terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal dalam satu
keluarga jarang ditemukan. Berikan pengobatan profilaktik kepada mereka yang
kontak kulit ke kulit dengan penderita (anggota keluarga dan kontak seksual)
7.
Pengobatan spesifik: Pengobatan pada
anak-anak adalah dengan permetrin 5%. Alternatif pengobatan menggunakan gamma
benzena hexachloride 1% (lindane dan Kwell® obat ini kontra indikasi untuk bayi
yang lahir premature dan pemberiannya harus hati-hati kepada bayi yang berumur
<>Crotamiton (Eurax ®); Tetraethylthiuram monosulfide (Tetmosol®, tidak
tersedia di AS) dalam 5% larutan diberikan 2 kali sehari; atau menggunakan
emulsi benzyl benzoate untuk seluruh badan kecuali kepala dan leher. (Rincian
pengobatan bervariasi tergantung dari jenis obat yang digunakan). Pada hari
berikutnya setelah pengobatan mandi berendam untuk membersihkan badan, baju dan
sprei diganti dengan yang bersih. Rasa gatal mungkin akan tetap ada selama 1
sampai 2 minggu; hal ini jangan dianggap bahwa pengobatan tersebut gagal atau
telah terjadi reinfeksi. Pengobatan berlebihan sering terjadi, untuk itu harus
dihindari karena dapat menyebabkan keracunan terhadap obat tersebut terutama
gamma benzena hexachloride. Sekitar 5% kasus, perlu pengobatan ulang dengan
interval 7 – 10 hari jika telur bertahan dengan pengobatan pertama. Lakukkan
supervisi ketat terhadap pengobatan, begitu juga mandi yang bersih adalah
penting.
Manifestasi
Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2
dari 4 tanda cardinal berikut :
1.
Pruritus noktuma (gatal pada malam
hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2.
Umumnya ditemukan pada sekelompok
manusia, misalnya mengenai seliruh anggota keluarga.
3.
Adanya terowongan (kunikulus) pada
tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu,
ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4.
Menemukan tungau merupakan hal yang
paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang selalu menjaga
hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit
ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo,
dan furunkulsis.
Patofisiologi
Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan
tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat
garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Pemeriksaan
Penunjang
Cara menemukan tungau :
1.
Carilah mula-mula terowongan,
kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan
letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan
mikroskop cahaya.
2.
Dengan cara menyikat dengan siat dan
ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3.
Dengan membuat bipsi irisan, caranya
; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau dan periksa
dengan miroskop cahaya.
4.
Dengan biopsy eksisional dan
diperiska dengan pewarnaan HE.
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah
efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik,
tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan harganya murah.
Jenis
obat topical :
1.
Belerang endap (sulfur presipitatum)
4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur
presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian
tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2.
Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif
terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
3.
Gama benzena heksa klorida
(gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika
masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4.
Krokamiton 10% dalamkrim atau losio
mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan
selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5.
Krim permetrin 5% merupakan obat
yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan
memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6.
Pemberian antibitika dapat digunakan
jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela
jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN PENYAKIT SCABIES
3.1. Pengkajian
1. Biodata
a.
Identitas pasien
b.
Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
b.
Pada pasien scabies terdapat lesi
dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari.
c.
Riwayat kesehatan sekarang
d.
Pasien mulai merasakan gatal yang
memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat
hebat.
e.
Riwayat kesehatan dahulu
a.
Pasien pernah masuk RS karena
alergi.
f.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang
menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa
membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien
memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari
orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan
alat bantu
4 : Tergantung total, tidak
berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan
pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi
metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan
konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas
warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan
sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i.
Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami
gangguan pada seksual reproduksinya.
j.
Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal,
dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologi.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
rasa gatal yang hebat khususnya pada malam hari.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan dalam penampilan.
4.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
5.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan edema.
6.
Resiko infeksi dengan factor
risiko:
a. Jaringan
kulit rusak
b. Prosedur
infasif
3.3. Rencana Intervensi
Dx 1:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
dapat teratasi dengan KH:
1. Nyeri terkontrol
2. Gatal mulai hilang
3. Puss hilang
4. kulit tidak memerah
Intervensi:
1.
Kaji intensitas nyeri, karakteristik
dan catat lokasi.
2.
Berikan perawatan kulit dengan
sering, hilangkan rangsangan lingkungan yang kurang menyenangkan.
3.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesic.
4.
kolaborasi pemberian antibiotika.
Dx 2:
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya pada
malam hari.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur klien
tidak terganggu.
KH :
1. Mata
klien tidak bengkak lagi.
2. Klien
tidak sering terbangun di malam hari.
3. Klien
tidak pucat.
Intervensi:
1. Kaji
tidur klien
2. Berikan
kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
3. Kolaborasi
dengan dokter pemberian analgetic.
4. Catat
banyaknya klien terbangun dimalam hari.
5. Berikan
lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
6. Berikan
minum hangat (susu) jika perlu.
7. Berikan
musik klasik sebagai pengantar tidur
Dx 3 :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami
gangguan dalam cara penerapan citra diri.
KH :
1. Mengungkapkan
penerimaan atas penyakit yang di alaminya.
2. Mengakui
dan memantapkan kembali system dukungan yang ada.
Intervensi:
1.
Dorong individu untuk mengekspresian
perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan dirinya.
2.
Dorong individu untuk bertanya
mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan.
Dx 4 :
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak cemas
lagi.
KH :
1. Klien
tidak resah
2. Klien
tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
3. Klien
mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
Intervensi:
1. Identifiasi
kecemasan
2. Gunakan
pendekatan yang menyenangkan.
3. Temani
pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut.
4. Bantu
pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
5. Berikan
informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis.
6. Berikan
obat untuk mengurangi kecamasan
Dx 5 : Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan lapisan kulit klien
terlihat normal.
KH :
1.
Integritas kulit yang baik dapat
dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur).
2.
Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3.
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami.
4.
Perfusi jaringan baik .
Intervensi:
1. Anjurkan
pasien menggunakan pakaian yang longgar.
2. Jaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3. Monitor
kulit akan adanya kemerahan.
4. Mandikan
pasien dengan air hangat dan sabun
Dx 6 : Resiko
infeksi dengan factor risiko:
a. Jaringan kulit rusak
b. Prosedur infasif
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi.
KH :
1.
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi.
2.
Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi.
3.
Menunjukkan perilaku hidup sehat.
4.
Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya.
Intervensi:
1.
Monitor tanda dan gejala infeksi.
2.
Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3.
Batasi pengunjung bila perlu.
4.
Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan pasien.
5.
Pertahankan lingkngan aseptic selama
pemasangan alat.
6.
Berikan perawatan kulit pada area
epidema.
7.
Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas.
8.
Inspeksi kondisi luka
9.
Berikan terapi anibiotik bila perlu.
10.
Ajarkan cara menghindari infeksi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit scabies ini merupakan
penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan
rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan
jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat
pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
4.2.
Saran
Syarat obat yang ideal adalah
efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik,
tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
· Defka. 2010. Asuhan Keperawatan Skabies. (http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/06/asuhan-keperawatan-skabies/, diakses tanggal 18 Januari 2011).
· Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│.
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
· Nenk. 2009. Skabies (http://www.lenterabiru.com/2009/09/skabies.htm, diakses tanggal 18 Januari 2011).
· Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
· The Gau’ : ( http//:www.muhsakirmsg.blogspot.com/)
like.. :)
BalasHapusthankz.
Hapustrims
BalasHapussm2
Hapussangat bermanfaat
BalasHapussemoga...
Hapusthanks :)
BalasHapussangat bagus
BalasHapusgood
BalasHapusgood
BalasHapusthanks
BalasHapusSangat bermanfaat. terima kasih
BalasHapussangat bagu
BalasHapussangat bagus bermanfaat tapi tidak bisa di unduh
BalasHapussangat bagus bermanfaat tapi tidak bisa di unduh
BalasHapusgok
BalasHapushh
BalasHapusthat's very nice
BalasHapusmakalahnya sangat membantu, terimaksih
BalasHapusthanks
BalasHapustrima kasih, sanagat berguna
BalasHapussangat berguna
BalasHapusThere are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome life style Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and overall well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2010. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a cyclometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescriptions like: Insulin ,Sulfonamides,Thiazolidinediones but Could not get the cure rather to reduce the pain but bring back the pain again. i found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email drrealakhigbe@gmail.com or his Number +2348142454860 He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, PROGENITOR, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION, DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS, CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B,ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE. HEARING LOSSDr Akhigbe is a good man and he heal anybody that comes to him. here is email drrealakhigbe@gmail.com and his Number +2349010754824
BalasHapus