BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan tulang anak acapkali luput
dari perhatian orangtua. Padahal, tulang merupakan bagian tubuh yang sangat
penting. Kuncinya adalah deteksi dini.
Tulang merupakan struktur tubuh yang
paling dalam. Struktur paling luar adalah kulit, kemudian lemak, otot/daging
(di antaranya terdapat saraf dan pembuluh darah), baru kemudian tulang.
Pertumbuhan tulang dimulai dari fase janin, yang kemudian bertumbuh dan
mengalami kalsifikasi (perkapuran). Tulang yang lembut pun berubah menjadi
keras. Pada wanita, pertumbuhan tulang berhenti pada sekitar usia 12 tahun,
ditandai oleh hadirnya siklus menstruasi.
“Pada lelaki, pertumbuhan maksimal
tulang bisa mencapai usia 17-18 tahun. Sedangkan kepadatan tulang biasanya
tercapai di usia 25 tahun,” ujar dr. Hendradi Khumarga, Sp.OT, FICS, FAJR
. Selepas usia 25 tahun, kepadatan tulang pun mulai mengalami penurunan.
Rata-rata nilai penurunannya mencapai 1 persen per tahun sampai seseorang
beranjak ke usia lanjut. Tentu, penurunan ini juga dipengaruhi berbagai faktor,
seperti nutrisi, hormon, cara bekerja, sikap, obat-obatan, serta penyakit
penyebab pengeroposan tulang. Proses inilah yang menjelaskan, kenapa tulang
semakin keropos, struktur tulang semakin amblas, dan tubuh semakin bungkuk pada
usia tua.
Pertumbuhan tulang sifatnya
memanjang dan melebar, sehingga tulang bisa bertambah panjang dan bertambah
besar (diameter). “Tulang kemudian membentuk rangka tubuh atau sumbu tubuh
(rangka tulang belakang),” lanjut dokter spesialis Orthopedi dari Bone Care
Clinic RS Royal Taruma , Jakarta, ini. Tulang juga membentuk anggota gerak
tubuh, yang terdiri dari anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, sampai
ke tangan dan jari-jari tangan) dan anggota gerak bawah (tulang panggul,
tungkai atas, tungkai bawah sampai kaki dan jari-jari kaki).
Kelainan kaki yang banyak dialami anak balita, umumnya bukan berupa penyakit tulang.
namun, lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah,
sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang
semestinya. Demikian penjelasan dr. Meidy H. Triangto, SpRM, Kepala Kid’s Foot
Rehabilitation Center di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. “Inilah yang
menyebabkan anak yang sudah mulai bisa berjalan, kerap terjatuh,”.
Bukan melulu genetik. Kelainan kaki berbentuk X dan O merupakan jenis kelainan yang paling sering ditemukan pada anak balita.
Kaki X (genu valgum) dan kaki O (genu varum) atau Rakhitis (Rickets) menurut
dr. Meidy adalah, “Sejenis gangguan pertumbuhan tulang kaki yang menyebabkan
terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang paha dan tulang
lutut. Gangguan pertumbuhan ini juga mengakibatkan sudut yang terbentuk antara
kedua tulang tersebut menjadi tidak normal.”
Akibatnya, saat anak berdiri, titik beratnya tidak terletak di antara jari
kaki pertama dan ke-2 seperti yang terjadi pada kaki yang normal. Selain
membuatnya sering terjatuh dan mempengaruhi penampilannya, kaki X dan kaki O
juga akan membuat anak jadi mudah lelah kalau berjalan dan aktivitasnya pun
terbatas.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka kami merumuskan masalah Rakhitis atau Rickets Pada Anak.
C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan
mengetahui tentang bagaimana Penanganan Rakhitis (Rickets) Pada Anak.
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan
gambaran asuhan keperawatan meliputi :
·
Mampu memberikan gambaran tentang
pengkajian Rakhitis
(Rickets).
·
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan
pada klien dengan Rakhitis (Rickets).
·
Mampu membuat rencana keparawatan
pada klien dengan Rakhitis (Rickets).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Singkat
Asal kata rakhitis adalah dari dialek kata 'wrickken' Lama (bahasa
Inggris), yaitu untuk memutar. Kecenderungan dari kata "Yunani"
rachitis (berarti "peradangan tulang belakang") kemudian diadopsi
sebagai istilah ilmiah untuk rakhitis.
Pada pertengahan 1600-an, kebanyakan anak yang
tinggal di kota-kota industri yang penuh sesak dan tercemar dari utara Eropa
mengalami deformasi tulang yang parah. penyakit ini ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, pembesaran Epiphyses tulang panjang, kelainan bentuk kaki, tulang
belakang melengkung, tulang rusuk menonjol, dan otot lemah serta datar. Di
bagian akhir abad ke-19, otopsi penelitian yang dilakukan di Boston dan Leiden,
Belanda, menunjukkan bahwa 80-90% anak-anak menderita rakhitis.
Pada 1822, Sniadecki mengakui
pentingnya paparan sinar matahari untuk pencegahan dan penyembuhan rakhitis.
Pengamatan ini diperpanjang pada tahun 1890 dan mempromosikan penggunaan
sistemik mandi matahari untuk mencegah rakhitis. Pada tahun 1919,
Huldschinski menemukan bahwa mengekspos
anak-anak untuk radiasi dari matahari selama satu jam 3 kali seminggu efektif
dalam mengobati rakhitis, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan yang
ditandai dalam mineralisasi kerangka, terutama ujung-ujung tulang panjang, yang
terlihat dari hasil x-ray. Sebuah kelompok studi terhadap anak-anak yang tidak
terkena radiasi UV menunjukkan hanya sedikit perbaikan. Dia menyimpulkan bahwa
paparan radiasi UV adalah " obat sempurna" terhadap semua bentuk
rakhitis pada anak-anak. Dua tahun kemudian, Hess dan Unger meneliti 7 anak
penderita rakhitis di New York City untuk periode yang bervariasi dari sinar
matahari dan melaporkan peningkatan yang ditandai dalam rakhitis setiap anak
yang dibuktikan dengan kalsifikasi dari epiphyses.
Pada tahun 1918, Mellanby dkk. mencegah
rakhitis pada anak anjing dengan minyak ikan cod. McCollum et al. menyebutkan
faktor ini sebagai nutrisi yang baru bernama vitamin D. Hess dan Weinstock, Steenbock dan Black mengamati bahwa iradiasi UV berbagai makanan dan
minyak dikenal sebaga aktivitas antirakhitis. Hal ini
menyebabkan peningkatan aktivitas antirakhitis susu dengan
mengekspos susu dari radiasi UV atau memberi makan sapi dengan
iradiasi UV ragi. Setelah vitamin D struktural diidentifikasi dan disintesis
secara kimiawi dari ragi, langsung ditambahkan ke susu pada standar 400 IU (1
IU = 25 mg) per liter. Ia berpikir bahwa vitamin D yang
diperoleh dari ragi iradiasi adalah vitamin D yang sama yang diproduksi di
kulit. Namun, ketika diamati bahwa vitamin D dari ragi iradiasi memiliki
aktivitas antirakhitis sedikit pada ayam, sedangkan minyak hati ikan
cod lebih efektif, disimpulkan bahwa vitamin D
diproduksi di kulit harus berbeda. Vitamin D diisolasi dan diidentifikasi dari
kulit manusia terbukti berasal dari 7-dehydrocholesterol.
Untuk membedakan dua vitamin D tersebut, vitamin D
dari ragi yang disebut vitamin D2 dan dari kulit manusia disebut vitamin D3.
B. Definisi Rakhitis (Rickets)
Rakhitis dapat dinamai kekurangan vitamin D, Osteomalasia pada anak,
Osteodistrofi, Paedriatic osteomalasia atau rakitis ginjal.
Rakhitis adalah pelunakan dan
melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya karena kekurangan vitamin D yang
ekstrim dan berkepanjangan. Vitamin D sangat penting dalam penyerapan kalsium
dan fosfor dari saluran pencernaan, yang dibutuhkan anak untuk membangun tulang
yang kuat. Kekurangan vitamin D membuat sulit untuk mempertahankan dengan tepat
tingkat kalsium dan fosfor pada tulang.
Jika vitamin D atau kekurangan
kalsium menyebabkan rakhitis, menambahkan vitamin D atau kalsium untuk diet
yang dihasilkan umumnya memperbaiki masalah tulang bagi anak.
Vitamin D berfungsi sebagai hormon
untuk mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam tulang. Jika seseorang kekurangan
vitamin D, tubuh tidak akan menyerap kalsium dan fosfor dengan benar.
Ketika tubuh Anda merasakan
ketidakseimbangan kalsium dan fosfor dalam aliran darah, bereaksi dengan
mengambil kalsium dan fosfor dari tulang untuk meningkatkan kadar darah yang
diperlukan tubuh. Hal ini lantas melemahkan struktur tulang, yang dapat
menyebabkan cacat kerangka, seperti Bowlegs atau salah kelengkungan tulang
belakang.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kemungkinan
Terjadinya Rakhitis (Rickets)
Rakhitis dapat terjadi selama periode pertumbuhan yang cepat, ketika tubuh
membutuhkan tuntutan kalsium dan fosfat yang tinggi. Rakhitis dapat terjangkit
pada anak-anak 6 sampai 24 bulan dan jarang terjadi pada bayi baru lahir.
Penyakit ini pun dapat menjangkiti orang dewasa, namun memiliki nama yang
berbeda yaitu lebih di kenal dengan nama Osteomalasia.
Baru-baru ini telah diketahui bahwa rakhitis menjangkiti banyak anak di
Inggris . Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa rakhitis menjangkiti 1
dari 1000 anak-anak, dan jauh lebih banyak terjadi pada anak-anak dari Asia
Selatan atau asal Afro-Karibia. Penelitian lain memberikan angka yang lebih
tinggi untuk rakhitis, sekitar 1 dari 100 anak-anak dalam kelompok etnis
minoritas di kota-kota besar seperti di Inggris atau kemungkinan 20 anak setiap
tahun akan menderita dari rakhitis.
B. Penyebab Terjadinya Rakhitis (Rickets)
Penyebab kelainan ini bukan hanya
karena faktor genetik, tapi juga ada sejumlah faktor lain, seperti:
·
Posisi tidur yang salah, misalnya tengkurap seperti
katak. Jika berlangsung lama, kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi
dan bentuk tungkai.
·
Kebiasaan duduk yang salah, misalnya duduk
dengan posisi kaki membentuk huruf W atau bersila pada anak.
·
Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat
digendong menyamping, kaki anak dibiarkan melingkari tubuh Anda dan membentuk
sudut 90 derajat.
·
Memakaikan popok sekali pakai dengan cara dan pada
saat yang tidak tepat, misalnya terus-menerus pada saat anak sedang belajar
berjalan. Hal ini membuat anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
·
Memakaikan baby walker. Anak yang belum cukup kuat
menopang berat tubuhnya akan memaksakan salah satu kakinya untuk menyangga
seluruh berat tubuhnya. Akibatnya, tungkai bawah dan pergelangan kaki saja yang
terlatih, sehingga terjadi ketidakseimbangan kekuatan otot (muscle imbalance).
Penggunaan baby walker memang tidak dianjurkan, karena sering juga menimbulkan
kecelakaan pada anak.
·
Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang
kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian
juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi
membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak
terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan
kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan
berlangsung dengan baik.
·
Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini
karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi
tidak terjadi.
·
Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses
ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi
akan terhambat.
·
Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus
tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang
rentan terhadap penyakit ini.
·
Gangguan penyerapan.
Penyebab utama rakhitis yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
·
Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit
bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
·
Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang
menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
·
Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya
fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai
disproteinemia kronik.
C. Gejala Saat Timbulnya Rakhitis
Hypophosphatemic rickets biasanya mulai menyebabkan ketidaknormalan pada tahun pertama kehidupan.
Kelainan kemungkinan ringan dimana mereka menghasilkan gejala yang tidak nyata
atau berat dimana mereka menghasilkan pembengkokan pada lengan dan kelainan
bentuk pada tulang lainnya, nyeri tulang, dan perawakan pendek. Tulang menjadi
lebih besar ketika otot menempel menuju tulang bisa membatasi gerakan
persendian mereka. Ruang di antara tulang tengkorak bayi bisa terlalu dekat
sehingga menyebabkan kejang.
Ada beberapa gejala yang ditimbulkan
saat terjangkit rakhitis, antara lain adalah:
1. Tulang
nyeri, terutama bagian kaki.
2. Nyeri
otot atau kelemahan otot.
3. Kaki
terlihat melengkung atau busur-berkaki.
4. Pertumbuhan
yang terhambat, terlambat atau lemahnya pertumbuhan gigi .
5. Ketika
rakhitis sangat parah, dapat menyebabkan rendahnya tingkat kalsium dalam darah.
Hal ini dapat menyebabkan kejang otot (kram), kejang-kejang dan kesulitan
bernapas.
D.
Penanganan Rakhitis
Berikut penanganan yang biasanya dilakukan pada
penderita rakhitis berdasarkan penyebabnya :
1. Jika
kekurangan kalsium.
Jalan satu-satunya memperbanyak konsumsi unsur kalsium
sehingga memperkuat kerja sel osteoblas (pembentuk tulang). Oleh sebab itu,
makanan seperti sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt,
sangatlah disarankan. Suplemen kalsium dapat ditambahkan baik yang berbentuk
sirup atau tablet dengan konsumsi 1,5 gram per hari. Kekurangan kalsium juga
menyebabkan mudah mengalami kram pada otot tangan dan kaki serta terganggunya
tekanan darah.
2. Jika
kekurangan vitamin D.
Ada dua sumber vitamin D:
·
Terkena sinar matahari
Kulit memproduksi vitamin D ketika itu terkena sinar
matahari.
·
Makanan
Usus menyerap vitamin D yang ditemukan secara alami
dalam makanan yang dimakan, atau ditambahkan ke dalamnya selama pemrosesan,
atau dari suplemen atau multivitamin yang dikonsumsi.
Perbanyak mengonsumsi makanan seperti ikan salmon,
kuning telur, minyak ikan, dan susu. Bisa juga dengan sering berjemur di bawah
sinar matahari karena akan membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh. Waktu
yang tepat untuk berjemur sekitar pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 -17.
Berjemur di luar waktu tersebut justru berbahaya karena matahari banyak
mengeluarkan sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker kulit dan katarak.
3. Jika
karena gangguan ginjal atau hati
Langkah pertama adalah menyembuhkan dulu
gangguan/penyakit tersebut. Biasanya terapi yang dilakukan lebih lama karena
gangguan ginjal maupun hati mengganggu metabolisme penyerapan kalsium.
4. Jika
karena pengaruh atau efek samping dari obat-obatan seperti steroid.
Maka konsumsi obat itu harus segera dikurangi atau
kalau bisa diganti dengan obat yang bisa menyerap kalsium.
5. Jika
sudah telanjur mengalami patah tulang.
Mau tak mau harus dilakukan tindakan seperti gips
untuk patah tulang di bagian lengan. Kalau patah tulang di bagian tungkai atau
tulang paha dilakukan dengan biopsi. Berbeda patah tulang pada anak-anak
relatif mudah tersambung kembali, yakni sekitar tiga bulanan. Tindakan
selanjutnya upaya rehabilitasi atau fisioterapi untuk melatih kemampuan atau
keterampilan gerak. Misalnya, melatih keseimbangan duduk, berdiri, dan
berjalan.
E. Tips Dalam Menjemur Bayi
Bayi baru lahir, umumnya memiliki
kecenderungan kuning karena organ hatinya belum berfungsi sempurna dalam
mengolah bilirubin. Ini yang dinamakan kuning fisiologis. Sinar matahari pagi
memiliki spektrum sinar biru yang bermanfaat mengurangi kadar bilirubin dalam darah.
Kegunaan sinar matahari pagi lainnya
adalah menghangatkan tubuh bayi sekaligus membantu mengeluarkan lendir dari
tenggorokannya. Alhasil, suara ngrok-ngrok napas bayi, terutama yang berbakat
alergi, dapat dikurangi. Terutama jika dijemur dalam posisi telentang, dada
bayi–dari bagian bawah menuju ke leher–ditepuk-tepuk dengan lembut.
Sinar matahari pagi juga merangsang
pembentukan vitamin D dalam tubuh. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai
pembuka kalsium agar mudah terserap ke dalam aliran darah, sampai akhirnya
menyatu di dalam tulang. Paparan yang dibutuhkan tak perlu lama, cukup sekitar
15 menit pada pagi hari.
Perhatikan Waktu
Untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal dan menghindari bayi dari dampak yang tidak diinginkan ada 9 rambu
yang sebaiknya dicermati saat menjemur bayi, Yaitu :
1. Pilih waktu yang tepat
Waktu yang paling tepat untuk menjemur bayi adalah
pagi hari antara pukul 07.00-08.00 selama kurang lebih 15 menit. Jangan terlalu
lama karena kulit bayi masih sensitif dan Jangan menjemur si kecil lebih dari
pukul 08.00. Paparan sinar mentari menjelang siang hari mengandung sinar
ultraviolet A dan B yang dapat merusak membran kulit sehingga menyebabkan kulit
merah dan terbakar serta merusak mekanisme regenerasi sel.
2. Tidak menggunakan baju
Menjemur bayi dalam keadaan dada telanjang (hanya
menggunakan celana/popok saja) dan bolak balikkan tubuhnya. Dengan begitu tak
hanya bagian dada saja yang disinari matahari, namun juga bagian punggungnya.
Perhatikan mata. Usahakan mata si kecil membelakangi pancaran sinar matahari
untuk menghindari risiko rusaknya lensa dan retina matanya.
3. Pilih lokasi yang tidak terlalu terbuka
Lokasi menjemur tidak harus di udara terbuka dengan
paparan sinar matahari langsung. Tempat yang agak terlindung namun dapat
diterobos sinar mentari, juga sudah memenuhi syarat. Bila cuaca sedang
berangin, jemurlah si kecil di dalam ruangan (berkaca). Asal kacanya bening,
bayi masih dapat menikmati pancaran sinar matahari yang cukup menghangatkan.
4. Tidak ada batasan usia
Mengingat begitu banyak manfaat yang diperoleh, tak
ada batasan usia untuk menjemur bayi di pagi hari. Umumnya bayi baru lahir
sampai usia 1 minggu secara rutin dijemur demi mencegah/mengurangi tingginya
kadar bilirubin. Namun bila setelah itu kebiasaan menjemur ini terus
berlangsung juga tidak akan ada ruginya. Sinar matahari merangsang produksi
vitamin D yang bermanfaat untuk pembentukan tulang. Karena, pembentukan tulang
akan terus berlangsung hingga usia 20 tahun.
5. Waspadai bila bayi sensitive
Bayi fotosensitif sebaiknya tidak terpapar sinar
matahari karena kulitnya sangat sensitif. Menjemurnya hanya akan menimbulkan
bercak-bercak meral pada kulit.
6. Bayi prematur hendaknya jangan dijemur
Bayi prematur pun disarankan untuk tidak dijemur,
apalagi pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Pada waktu itu bayi yang
dilahirkan kurang bulan ini masih membutuhkan suhu yang stabil. Sementara saat
dijemur, bayi harus mampu menyesuaikan tubuhnya dengan suhu luar. Ini dapat
membahayakan keselamatannya.
7. Jangan tinggalkan bayi sendirian ketika dijemur
Hindari meninggalkan bayi sendirian ketika dijemur.
Manfaatkan momen ini untuk melakukan beberapa kegiatan yang bermanfaat. Umpama,
melakukan pijat bayi. Gunakan baby oil kala memijat. Minyak ini juga dapat
sekaligus melindungi kulit dari kekeringan ketika dijemur.
Kalaupun pijat bayi tidak memungkinkan, ajaklah si
kecil berbicara (Jangan lupa untuk melakukan kontak mata dengannya). Memang
bayi belum mengerti obrolannya dengan Anda namun komunikasi seperti ini akan
membuat hubungan antara Anda dan si kecil makin lekat. Di sela komunikasi, beri
bayi belaian lembut. Meski gerakan ini begitu sederhana namun manfaatnya amat
besar yakni dapat membentuk rasa aman pada bayi yang akan berpengaruh pada rasa
percaya dirinya kelak.
8. Bersih-bersih bisa lebih detil
Jadwal menjemur bayi umumnya dilakukan sebelum bayi
mandi. Gunakan momen ini untul melakukan kegiatan bersih-bersih dengan lebih
detail. Misal dengan membersihkan bagian tubuh bayi yang kerap terlewat—seperti
lipatan di sekitar daun telinga, paha dan tangan bayi—dengan kapas yang
ditetesi baby oil. Setelah kotorannya terangkat, bayi bisa segera dimandikan.
9. Hati-hati hipertemi
Bila paparan sinar mentari begitu terik, kurangi waktu
menjemurnya. Jika terlalu lama bayi dikhawatirkan mengalami hipertermi
(peningkatan suhu tubuh). Suhu ideal bayi antara 36,5°-37,5° C. Kondisi
hipertermi berisiko menyebabkan gangguan pada fungsi metabolisme tubuh bayi,
otak dan juga fungsi organ lainnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rakhitis (Rickets) adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang
menyerang anak-anak yang disebut rickets). Osteomalasia pada orang dewasa atau
Rakhitis (Rickets) berlangsung kronis
dan terjadi deformitas skeletal pada orang dewasa, terjadi tidak separah dengan
yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap
(komplit).
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Rakhitis (Rickets)
a.
Anak kekurangan kalsium dan vitamin D
b. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis
c.
Adanya gangguan fungsi ginjal
d. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang
e.
Gangguan malabsorbsi
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita Rakhitis (Rickets) antara
lain, Nyeri tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya
tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian
dada, Sakit pada seluruh tulang
tubuhnya, merasakan sakit
saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, kurang
pengetahuan dan gangguan konsep diri.
B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman –
teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit Rakhitis (Rickets) ini sangat
berbahaya dan kita sebagai umat manusia harus bisa menerapkan pola hidup sehat
agar kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
·
Handayani, Dewi. et al. (2010). Perawatan Bayi Baru. Jakarta : Pt.
Aspirasi Pemuda.
·
Novikasari, Nurlita. (2009). Sejarah
Penyakit Rakhitis [Online]. Tersedia : http://ilmukeperawatan4u.blogspot.com [18 Maret 2012]
·
Rahayu, Utami Sri. (2012). 9 Rambu
Menjemur Bayi [Online]. Tersedia : http://menyusui.net/diet-ibu-anak/9-rambu-menjemur-bayi/ [18 Maret 2012]
·
Alfiansyah,
Muhammad. (2012). Gangguan dan Kelainan Pada Tulang [Online]. Tersedia :
http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/gangguan-dan-kelainan-pada-tulang.html [18 Maret 2012]
·
Prianggoro, Hasto. (2012). Tulang Sehat, Anak Kuat [Online]. Tersedia : http://www.Tulang-Sehat-Anak-Kuat-1.htm [18 Maret 2012]
·
Makalah Rakhitis (2013) [The Gau’] : http//:www.muhsakirmsg.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Untuk Perbaikan Postingan Selanjutnya !