Penetapan Harga dan Penggunaan faktor Produksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Secara garis besar seperti halnya harga komiditi akhir,
harga faktor produksi ditentukan melalui interaksi antara permintaan dan
penawaran pasar. Tahap pertama dan penting dalam memperoleh kurva permintaan
pasar produksi adalah menurunkan kurva permintaan salah satu perusahaan atas
faktor produksi tersebut. Sehubungan dengan ini adalah pernyatan tentang berapa
jumlah tiap faktor produksi yang seharusnya digunakan oleh suatu perusahaan
agar dapat memaksimumkan keuntungannya. Kita harus memeperhatikan tiga
kombinasi organisasi pasar produk dan faktor produksi.
Kurva Penawaran Pasar
untuk Faktor Produksi
Kurva penawaran pasar atas faktor Produksi diperoleh dengan
penjumlahan horizontal secara langsung kurva penawaran dari indifidu pemasok
dari faktor produksi tersebut. Jadi, kurva penawaran faktor produksi pada
perusahaan individu bersifat elastic tak terhingga. Namun, kurva penawaran faktor produksi
tersebut biasanya mempunyai kemiringan positif, yang menunjukan lebih banyak
faktor produksi akan ditawarkan hanya pada harga yang lebih tinggi.
Penetapan Harga dan Tingkat Penawaran Produksi
Sebagaimana halnya pada komoditi akhir, harga ekuilibrium
faktor produksidan jumlah faktor produksi yang dipergunakan ditentukan oleh
perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran pasar untuk faktor
produksi tersebut.
Sewa dan Sewa Semu
Setiap pembayaran bagi pengguna faktor produksi yang
melebihi dan diatas jumlah minimum yang dibutuhkan untuk mendorong munculnya
penawaran faktor produksi itu disebut sewa. sewa merupakan konsep jangka panjang dan merupakan seluruh
pembayaran yang dilakukan untuk faktor produksi yang penawarannya sudah tetap. Sewa semu (quasi rent) adalh pembayaran yang tidak perlu dilakukan
dalam jangka pendek untuk mendorong terciptanya penawaran faktor prosuksi.
Dengan demikian, sewa semu sama dengan TR dikurangi TVC.
Kurva Penawaran
Faktor Produksi dan Biaya Marjinal Faktor Produksi atau Sumber Daya
Monopsony menunjukan dimana hanya terdapat seorang pembeli untuk
faktor produksi tertentu. Dengan demikian, seorang monopsony (pada umumnya)
menghadapi kurva penawaran pasar yang memiliki kemiringan positif. Hal ini
berarti bahwa apabila perusahaan monopsonistis menginginkan lebih banyak faktor
produksi, maka perusaah itu harus membayar harga yang lebih tinggi tidak hanya
untuk unit tambahan faktor produksi itu tetapi juga untuk seluruh faktor
produksi yang digunakannya. Akibatnya, biaya
marjinal faktor produksi atau sumber daya (MRC) akan lebih besar
dari harga faktor produksi atau sumber daya, dan kurva biaya marjinal sumber
daya yang dihadapi monoponis terletak diatas kurva penawaran faktor produksi
atau sumberdaya yang dihadapi .
1.2.
Rumusan Masalah
Setiap factor produksi dalam perekonomian adalah milik
seseorang. Pemiliknya menjual factor produksi tersebut kepada para pengusaha,
& sebagai balas jasa, mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja
mendapat gaji & upah. Tanah memperoleh sewa. Modal memperoleh bunga &
keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diterima masing –
masing factor produksi tergantung harga & jumlah yang digunakan.
Harga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai
factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Hasil penjualan
adalah jumlah dari seluruh pendapatan factor produksi yang digunakan.
Pendapatan nasional adalah nilai seluruh barang & jasa yang diproduksi oleh
perusahaan – perusahaan yang ada di dalam negera tsb, & merupakan jumlah
pendapatan berbagai factor produksi yang ada dalam perekonomian.
Analisis mengenai permintaan ke atas factor produksi tidakk
hanya akan menjelaskan tentang penentuan harga factor produksi tapi juga
pendapatan dari masing – masing factor produksi & distribusi pendapatan ke
berbagai jenis factor produksi. Teori tentang penentuan harga factor produksi =
teori distribusi.
1.3.
Tujuan Penulisan
-
Untuk mengetahui penetapan harga dan penggunaan factor
produksi
-
Untuk mengetahui Pendapatan Faktor
Produksi dan Distribusi Pendapatan
-
Untuk Menentukan Jumlah Faktor
Produksi Yang Digunakan
-
Untuk mengetahui Tingkat Produksi dan
Hasil Penjualan
-
Dan Jumlah Faktor
Produksi yang Digunakan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya
Analisa Penentuan Harga Faktor Produksi
Memaksimumkan produksi dapat diciptakan oleh sumber daya
yang tersedia. Di dalam setiap perusahaan usaha untuk menciptakan pengalokasian
factor – factor produksi yang optimal harus dijalankan. Tindakan itu akan
membantu tujuan keseluruhan perekonomian untuk mengalokasikan sumber – sumber
daya dalam perekonomian secara efisien. Keuntungan & ketahanan (survival )
perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan factor –
factor produksi yang dapat diperolehnya secara efisien.
Pendapatan Faktor Produksi &
Distribusi Pendapatan
Setiap factor produksi dalam perekonomian adalah milik
seseorang. Pemiliknya menjual factor produksi tersebut kepada para pengusaha,
& sebagai balas jasa, mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja
mendapat gaji & upah. Tanah memperoleh sewa. Modal memperoleh bunga &
keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diterima masing –
masing factor produksi tergantung harga & jumlah yang digunakan.
Harga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai
factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Hasil penjualan
adalah jumlah dari seluruh pendapatan factor produksi yang digunakan.
Pendapatan nasional adalah nilai seluruh barang & jasa yang diproduksi oleh
perusahaan – perusahaan yang ada di dalam negera tsb, & merupakan jumlah
pendapatan berbagai factor produksi yang ada dalam perekonomian.
Analisis mengenai permintaan ke atas factor produksi tidakk
hanya akan menjelaskan tentang penentuan harga factor produksi tapi juga
pendapatan dari masing – masing factor produksi & distribusi pendapatan ke
berbagai jenis factor produksi. Teori tentang penentuan harga factor produksi =
teori distribusi.
2.2. Teori
Produktivitas Marginal
Suatu factor produksi akan menciptakan keuntungan yang
paling maksimum apabila ongkos produksi tambahan yang dibayarkan kepada factor
produksi itu = hasil penjualan tambahan yang diperoleh dari produksi tambahan
yang diciptakan oleh factor produksi tsb.
2.2.1. Menentukan Jumlah Faktor Produksi Yang
Digunakan
Pada tingkat penggunaan factor produksi
tertentu, produsen telah mencapai keuntungan maksimum. Apabila penggunaan
factor produksi terus bertambah, keuntungan akan berkurang & apabila factor
produksi yang digunakan dikurangi, keuntungan juga akan berkurang.
2.2.2. Permintaan ke Atas Faktor Produksi
Dalam teori ini terlebih dahulu perlu
dibuat beberapa permisalan :
- Perusahaan menjual barang dalam pasar
persaingan sempurna, harga barang tidak berubah walaupun jumlah yang dijual
berbeda.
- Hanya 1 saja factor produksi yang jumlah
penggunaannya dapat diubah – ubah. Misalnya tenaga kerja.
- Perusahaan membeli factor produksi yang
dapat mengalami perubahan itu dalam pasar factor produksi yang bersifat
persaingan sempurna.
Berdasarkan permisalan tsb, hubungan
diantara banyaknya faktor produksi yang digunakan dengan tambahan hasil
penjualan ditunjukkan dalam tabel berikut :
Jumlah
|
Jumlah
|
Produksi
|
Harga
|
Hasil
|
Hasil
|
Tenaga
|
Produksi
|
Fisik
|
Barang
|
Penjualan
|
Penjualan
|
Kerja
|
Fisik
|
Marginal
|
Total
|
Produksi
|
|
(Rp)
|
Marginal
|
||||
(MPP)
|
(Rp)
|
(TRP)
|
(MPR) (Rp)
|
||
0
|
0
|
100
|
0
|
||
> 24
|
> 2400
|
||||
1
|
24
|
100
|
2.400
|
||
> 20
|
> 2000
|
||||
2
|
44
|
100
|
4.400
|
||
> 16
|
> 1600
|
||||
3
|
60
|
100
|
6.000
|
||
> 12
|
> 1200
|
||||
4
|
72
|
100
|
7.200
|
||
> 8
|
>200
|
||||
5
|
80
|
100
|
8.000
|
||
> 4
|
>400
|
||||
6
|
84
|
100
|
8.400
|
||
> 2
|
>200
|
||||
7
|
86
|
100
|
8.600
|
2.2.3. Tingkat
Produksi & Hasil Penjualan
Pertambahan produksi dinamakan Produksi
fisik Marginal atau MPP (Marginal Physical Product). Sedangkan jumlah produksi
fisik adalah TPP atau total physical product. Hasil penjualan produksi total
adalah total revenue product (TRP). Hasil penjualan produksi marginal yaitu
marginal revenue product (MRP).
2.2.4. Jumlah Faktor
Produksi yang Digunakan
Ditinjau dari sudut penggunaan factor –
factor produksi, seorang produsen akan memaksimumkan keuntungannya apabila
melakukan kegiatan produksi sampai pada tingkat dimana hasil penjualan marginal
= harga factor.
2.3. Persaingan
Tidak Sempurna dan Permintaan ke atas Faktor Produksi
2.3.1.
Permintaan Faktor : Contoh Angka
Dalam pasar barang yang bersifat
persaingan tidak sempurna harga akan menjadi semakin rendah pada tingkat
produksi / penjualan barang yang semakin tinggi. Harga yang semakin rendah ini
menyebabkab hasil penjualan dan hasil penjualan marginal pada setiap tingkat
penggunaan tenaga kerja adalah lebih rendah dari yang terdapat dalam pasar
persaingan sempurna. Angka – angka dalam tabel berikut akan membuktikan
kebenaran pernyataan tsb :
Jumlah
|
Jumlah
|
Produksi
|
Harga
|
Hasil
|
Hasil
|
Tenaga
|
Produksi
|
Fisik
|
Barang
|
Penjualan
|
Penjualan
|
Kerja
|
Marginal
|
Total
|
Marginal
|
||
(Rp)
|
|||||
(MPP)
|
(Rp)
|
(TRP)
|
(MPR)
(Rp)
|
||
0
|
0
|
100
|
0
|
||
>
24
|
>
2160
|
||||
1
|
24
|
90
|
2.160
|
||
>
20
|
>1360
|
||||
2
|
44
|
80
|
3.520
|
||
>
16
|
>680
|
||||
3
|
60
|
70
|
4.200
|
||
>
12
|
>120
|
||||
4
|
72
|
60
|
4.320
|
||
>
8
|
>
– 320
|
||||
5
|
80
|
50
|
4.000
|
||
>
4
|
>
– 640
|
||||
6
|
84
|
40
|
3.360
|
||
>
2
|
>
– 780
|
||||
7
|
86
|
30
|
2.580
|
2.3.2. Grafik Permintaan Faktor
Kurva hasil penjualan produksi marginal
di dalam pasar persaingan tidak sempurna akan selalu terletak di sebelah kiri
dari kurva hasil penjualan produksi marginal di dalam persaingan sempurna.
Keadaan ini disebabkan karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja yang lebih
tinggi, harga barang menjadi lebih murah. Maka pada setiap tingkat penggunaan
tenaga kerja, tambahan hasil penjualan dalam pasar persaingan tidak sempurna adalah
lebih rendah dari yang diperoleh dalam pasar persaingan sempurna.
2.4. Sifat
Permintaan Ke Atas Faktor Produksi
2.4.1. Permintaan Terkait
Permintaan seorang pengusaha ke atas
factor – factor produksi mempunyai sifat berbeda – beda. Permintaan tsb
dipengaruhi oleh keinginan pengusaha untuk menghasilkan barang – barang yang
akan dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Selama pertambahan penggunaan suatu
factor produksi akan menambah keuntungannya, lebih banyak factor produksi
tersebut akan digunakannya. Oleh karena permintaan pengusaha ke atas sesuatu
factor produksi ditentukan oleh kemampuan factor produksi tsb untuk
menghasilkan barang yang dapat dijual pengusaha itu dengan menguntungkan,
permintaan ke atas factor – factor produksi dinamakan permintaan terkait /
Derived Demand.
2.4.2. Bentuk Kurva Permintaan Ke Atas Faktor
Kurva permintaan ke atas factor produksi menurun dari kiri atas menuju
kanan bawah. Kurva seperti itu menggambarkan bahwa makintinggi harga faktor
produksi, makin sedikit permintaan ke atas faktor produksi tsb.Kurva permintaan
ke atas sesuatu faktor pada umumnya menurun ke bawah karena :
- Perubahan harga akan merubah pendapatan riel pembeli & perubahan
pendapatan riel ini selanjutnya mempengaruhi permintaannya.
- Perubahan harga merubah kepuasan relatif dari mengonsumsikan barang itu
jika dibandingkan dengan barang lain.
Permintaan ke atas sesuatu faktor produksi digambarkan oleh kurva yang
menurun ke bawah disebabkan oleh :
- Harga faktor produksi yang lebih tinggi akan menaikkan harga barang yang
dihasilkannya, maka harga barang tsb akan naik & permintaannya berkurang,
yang selanjutnya menimbulkan pengurangan ke atas permintaan faktor produksi.
- Perubahan harga akan menimbulkan penggantian dari faktor produksi yang
menjadi relatif mahal kepada faktor produksi yang relatif murah.
- Sebagai akibat dari pengaruh hukum hasil lebih yang semakin berkurang.
2.5. Pergeseran
Kurva Permintaan Faktor Produksi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menggeser kurva
permintaan produsen ke atas faktor – faktor produksi :
- Perubahan permintaan ke atas barang yang diproduksinya.
- Perubahan harga dari faktor produksi lain yang digunakan.
2.6. Elastisitas Permintaan Faktor Produksi
Sesuatu
perubahan harga factor produksi akan menimbulkan akibat yang berlainan ke atas
perubahan jumlah berbagai factor produksi yang digunakan.
2.6.1.
Elastisitas Permintaan Dari Barang
yang Dihasilkan
Makin besar elastisitas permintaan ke atas barang yang
dihasilkan, makin besar pula elastisitas permintaan ke atas faktor produksi.
2.6.2.
Perbandingan di Antara Ongkos yang
Dibayar Kepada Faktor Produksi Dengan Ongkos Total
Makin besar bagian dari ongkos produksi total yang
dibayarkan kepada sesuatu faktor produksi, makin lebih elastis permintaan
faktor produksi tsb.
2.6.3.
Tingkat Penggantian di Antara Faktor
Produksi
Makin banyak faktor – faktor produksi lainnya yang dapat
menggantikan sesuatu faktor produksi tertentu, semakin elastis permintaan ke
atas faktor produksi tsb.
2.6.4.
Tingkat Penurunan Produksi Fisik
Marginal (MPP)
Makin cepat penurunan produksi fisik marginal makin tidak
elastis permintaan ke atas faktor produksi yang bersangkutan.
2.7.
Penentuan Penggunaan Optimum Ke Atas Faktor Produksi
2.7.1.
Gabungan Faktor Produksi yang
Meminimumkan Ongkos
Penggunaan faktor – faktor produksi akan meminimumkan ongkos apabila setiap
rupiah yang dibayarkan kepada faktor produksi menghasilkan produksi fisik marginal
yang sama besarnya. Produksi fisik marginal dari modal & tenaga kerja untuk
setiap rupiah adalah
a) MPP per rupiah dari modal = MPPc Pc
b) MPP per rupiah dari tenaga kerja = MPP l Pl
Peminimumam ongkos dengan menggunakan 2 faktor produksi yang berbeda
harganya adalah
|
MPPc = MPP l Pc
Pl
Apabila MPPc / Pc lebih besar dari
MPPl/Pl perusahaan perlu menambah penggunaan modal & mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk meminimumkan ongkos. Tapi
bila MPPc/Pc lebih kecil dari MPPl/PL ongkos akan
diminimumkan apabila penggunaan modal dikurangi & penggunaan tenaga kerja
ditambah.
2.7.2.
Gabungan Faktor Produksi yang
Memaksimumkan Keuntungan
Agar penggunaan sesuatu faktor produksi tertentu menghasilkan keuntungan
yang maksimum maka harga faktor produksi harus = hasil penjualan produksi
marginal (MRP). Dengan demikian, jika tenaga kerja yang digunakan maka syarat
untuk memeksimumkan keuntungan adalah :
PL = MRPL atau MRPL/P l =1
Jika yang digunakan adalah modal maka syaratnya adalah PC =
MRPC atau PRPc/Pc = 1
Karena MRP l/Pl =1 dan MRPc/ pc = 1 maka dari kedua
persamaan itu dapat disimpulkan bahwa untuk memaksimumkan keuntungan syarat
yang harus dipenuhi adalahMPR l /Pl= MPRc/ Pc = 1
2.8. Resume penentuan harga Faktor Produksi
Kapan seorang produsen yang menjual outputnya dan membeli
inputnya di pasar persaingan sempurna secara teoritis memperoleh keuntungan
maksimum. Produsen akan memperoleh keuntungan maksimum apabila ia menhhasilkan
output yang optimum dalam arti pada tingkat output tersebut kombinasi factor
produksi yang ia gunakan memerlukan pengeluaran biaya produksi total yang
terkecil. Atau dalam rumusmatematis, tingkat keuntungan yang maksimum terjadi
pada saat :
- PA · MPx = Px atau MRPx = MRCx
- PA = harga output A per unit
- MPx = dTR / dX ( tambahan output A
akibat ditambahnya 1 unit input X )
- MRPx = dTR / dX ( tambahan penerimaan
total akibat ditambahnya 1 unit input X )
- MRCx = dTC / dX ( Tambahan biaya
produksi akibat ditambahnya 1 unit input X )
- Catatan : dalam pasar persaingan
sempurna di input market, Px adalah konstan. Jadi Px = dTC / dX = MRCx
Perbedaan dan persamaan pokok antara kurva MRPx bagi
produsen yang menjual outputnya di pasar persainagn sempurna dengan kurva MRPx
bagi produsen yang menjual outputnya di pasar persaingan sempurna bagi produsen
yang menjual outputnya di pasar persaingan tidak sempurna.
Persamaan baik kurva MPRx bagi produsen yang menjual
outpunya di pasar persaingan sempurna maupun di pasar persaingan tidak sempurna
adalah mula-mula berlereng positif dan mulai di titik tertentu berlerang
negative. Bentuk kurva yang MPRx yang seperti ini mencerminkan bahwa di dalam
proses produksi dengan ditambahnya factor produksi X mula-mula akan menambanh
produksi total yang semakin banyak. Akan tetapi mulai titik tertentu tambahan
factor produksi secara terus menerus terebut mengakibatkan tambahan output yang
semakin lama semakin berkurang.
Perbedaan Pada bagian kurva MPRx yang menurun pada kasus
produsen yang menjual outputnya di pasar pasar persaingan tidak sempurna
(monopoli) relative lebih tegak dibandingkan dengan kasus produsen yang membeli
inputnya di pasar persaingan sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam pasar
persaingan tidak sempurna,bentuk kurve MR produsen berlereng negative,
sedangkan dalam bentuk pasar persaingan sempurna bentuk kurva MR produsen
adalah horizontal.
Cara menurunkan kurva permintaan produsen terhadap factor
produksi X
Mempertemukan kurve MPRx produsen dengan berbagai kemungkinan tingkat harga factor produksi X di pasar.
Mempertemukan kurve MPRx produsen dengan berbagai kemungkinan tingkat harga factor produksi X di pasar.
Pada waktu harga input X di pasar adalah P1, maka produsen
akan meminta input X sebanyak OX1. Hal ini disebabkan pada waktu harga X adalah
P1, garis horizontal MRC1 merupakan kurva produsen. Jadi supaya keuntungan
produsen maksimim makapada waktu harga input X adalah P1 maka ia harus meminta
X sebanyak OX1 ( karena dengan demikian berarti MRPx = MRCx ). Dengan alas an
yang sama berarti apabila harga input X adalah P2, maka produsen akan meminta
sebanyak OX2. Kesimpulannya kurve permintaan produsen akan X adalah identik
dengan kurva MPRx itu sendiri.
MRP,MRC,PP
Perbedaan bentuk kurve-kurve MRC dan penawaran factor
produksi yang dihadapi oleh produsen yang yang membeli inputnya di pasar
persaingan sempurna dan di pasar persaingan tidak sempurna.
Perbedaan pokoknya adalah :
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan
sempurna kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi saling berimpit dan
kedua-duanya merupakan sebuah garis yang horizontal sejajar dengan sumbu X. Hal
ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input X ( Px ) bersifat
konstan , sehingga akibatnya produsen dalat membeli input X tersebut berapapun
tanpa mengubah tingkat harga yang berlaku di pasar. Kalau Px bersifat konstan,
maka berarti pula MRCx = dTC/dX = Px.
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan
tidak sempurna antara kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi tidak
saling berimpit. Kedua-duanya berlereng positif, dengan kurca MRCx mempunyai
leeng yang lebih besar dari kurva penawaran input yang dihadapi oleh produsen.
Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input bersifat
tidak konstan, berubah-ubah searah dengan perubahan jumlah factor produksi yang
diminta produsen.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Strategi penetapan harga ditentukan oleh keputusan manajemen
tentang bauran produk, kualitas produk, dan merek produk. Strategi distribusi
juga mempengaruhi pilihan mengenai bagaimana harga akan berhasil di dalam
kombinasi strategi periklanan dengan armada penjualan. Strategi penetapan harga
mempengaruhi keputusan elemen bauran pemasaran lainnya. Karena, harga itu
sendiri merupakan salah satu elemen bauran pemasaran. Dalam prosesnya strategi
penentapan harga berlangsung penentuan tujuan, analisis situasi, pemilihan
strategi, penentuan harga khusus dan kebijakan. Banyak bisnis menggunakan
strategi penetapan harga untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Hal tersebut,
ialah untuk mendapatkan posisi pasar, mencapai kinerja keuangan, penentuan
posisi produk, dan mempengaruhi persaingan. Selain demikian dua kecenderungan
pun hadir dalam penggunaan harga sebagai variabel strategis. Pertama, bisnis
merancang harga secara fleksibel untuk mengatasi perubahan dan ketidakpastian.
Kedua, harga seringkali digunakan sebagai elemen strategis bisnis dan pemasaran
secara aktif. Analisis terhadap situasi penetapan harga dilakukan untuk mengembangkan
strategi terhadap kurva lini produk atau memilih strategi penetapan harga
terhadap suatu produk maupun merek baru. Penekanan formulasi strategi
ditempatkan pada beberapa kegiatan penting yang mencakup analisis pasar,
analisis produk, analisis persaingan termasuk pertimbangan hukum dan etika.
Analisis tersebut, menunjukan luasnya daya lenting penetapan harga. Penetapan
harga dapat didekati dari strategi sangat aktif, aktif, hampir aktif. Penetapan
harga khusus dilakukan berdasarkan biaya, persaingan dan atau permintaan. Dalam
keberadaannya pelaksanaan dan pengelolaan strategi penetapan harga mencakup
penetapan kebijakan-kebijakan. Akhirnya, beberapa pertimbangan penetapan harga
khusus terungkap,yaitu: saluran distribusi, daur hidup produk, hubungan kualitas
dengan harga yang tidak selamanya berbanding lurus.
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa harga adalah
sejumlah uang yang ditentukan perusahaan berdasarkan kalkulasi biaya yang
dikeluarkan seperti biaya produksi atau biaya mendapatkan produk, biaya marketing,
biaya operasional, keuntungan yang diinginkan perusahaan dan sesuatu yang lain
yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen. Dengan kata lain
harga ditetapkan karena terdapat keinginan, kebutuhan dan daya beli konsumen.
Pada kondisi dan situasi penuh persaiangan peranan harga
cenderung meningkat, menurut Prof.Michael Laric dalam buku Marketing Startegy
and Management, Michael J Baker, Emeritus Proffesor of Marketing, Strathclyde
University, England, bahwa peranan harga cenderung meningkat apabila
kondisi-kondisi berikut terjadi:
- Produk tersebut pertama kali
diterjunkan ke pasar;
- Dikaitkan dengan tujuan perusahaan;
- Perusahaan kompetitor melakukan
penurunan harga;
- Adanya produk baru yang dihasilkan dari
pengembangan teknologi baru yang mempunyai sifat subtitusi dan lebih efisien
serta efektif. Disamping itu menurut dari Prof Michael J Baker, harga memiliki
peranan penting dalam bauran pemasaran dikarenakan :
- Elasitas harga lebih besar pengaruh
terhadap permintaan dibandingkan dengan elasitas elemen marketing mix lainnya;
- Perubahan harga sangat mempengaruhi
perubahan jumlah penjualan;
- Pelaksanaan perubahan harga jauh lebih
mudah dibandingkan dengan rencana perubahan strategi produk atau promosi;
- Reaksi perusahaan saingan terhadap perubahan
harga biasanya lebih cepat dan sensitif;
- Dalam melaksanakan implementasi harga
tidak memerlukan investasi modal;
- Harga suatu produk sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal (resesi ekonomi dan inflasi, peningkatan suhu
persaingan, kejenuhan pasar atau kelebihan jumlah pasokan, muncul perusahaan
kompetitor baru, dan berkembangnya konsumerisme).
Tujuan
Penetapan Harga
1.
Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dengan menetapkan
harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
2.
Mempertahankan perusahaan. Dari marjin keuntungan yang
didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh :
untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah,
pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3.
Menggapai ROI (Return on Investment). Perusahaan pasti
menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga
penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
4.
Menguasai Pangsa Pasar. Dengan menetapkan harga rendah
dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk
kompetitor yang ada di pasaran.
5.
Mempertahankan status quo. Ketika perusahaan memiliki pasar
tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap
mempertahankan pangsa pasar yang ada.
3.2. Saran
Untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah
satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara
menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah
harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen. Struktur penetapan harga yang sehat
membantu perusahaan menghasilkan penjualan dan membangun kesetiaan nasabah.
Struktur penetapan harga yang keliru bisa membuat bisnis bekerja keras untuk
melayani nasabah dan mencapai keuntungan. Kalau Anda perlu menetapkan harga
yang akan dibebankan untuk produk atau jasa Anda, hindari kesalahan penetapan
harga yang umum ini.
- Menjual
terlalu murah
Untuk menetapkan harga yang realistis, Anda perlu mengetahui
seluruh biaya yang terlibat dalam pembuatan produk atau jasa Anda. Ini mencakup
kemudahan menelusuri biaya seperti harga suku cadang dan persediaan, dan juga
biaya kurang berwujud yang terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan yang Anda
bawa keatas meja. Sebagian pengusaha menetapkan harga yang tidak
memperhitungkan segala pengeluaran ini. Mereka mungkin lupa untuk menambahkan
biaya overhead seperti listrik, air atau uang sewa, atau mengalami kesukaran
untuk menghargai nilai dari waktu mereka. Salah satu pendekatan bisnis
berdasarkan jasa yang digunakan untuk menetapkan harga yang wajar untuk
penawaran barang dan jasa mereka adalah menetapkan upah per jam untuk
pembebanan jasa. Mereka kemudian mengalikan angka ini dengan jumlah jam yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dalam rangka menetapkan harga
keseluruhan proyek.
- Mengikuti
persaingan
Dengan mendasarkan struktur penetapan harga Anda pada harga
pesaing bisa berbahaya karena biaya yang digunakan pesaing menghitung harga
mungkin tidak ada hubungannya dengan biaya Anda. Mereka mungkin membayar harga
lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang Anda lakukan, membeli teknologi
yang berbeda, dan mempunyai anggaran pemasaran lebih besar atau lebih kecil.
Namun demikian, ada gunanya untuk mengetahui berapa harga yang dibebankan
pesaing sehingga Anda dapat menyadari bahwa harga Anda adalah realistis untuk
pasar. Jika Anda jumpai bahwa harga Anda jauh lebih rendah dari pesaing,
periksalah untuk memastikan bahwa Anda tidak melupakan sesuatu dari persamaan
penetapan harga.
- Persaingan
harga
Penetapan harga semata-mata untuk mengalahkan pesaing adalah
usulan yang lemah. Dengan cara ini memang Anda akan menarik pembeli, akan
tetapi kemungkinan mereka bukan nasabah yang setia. Jika harga rendah menarik
perhatian mereka ke bisnis Anda, mereka mungkin meninggalkan perusahaan Anda
begitu ada opsi lebih bagus. Pendekatan yang lebih baik adalah mengadakan
perbedaan antara bisnis Anda dengan bisnis pesaing dengan cara-cara yang lain,
seperti layanan nasabah unggul, penyempurnaan ciri-ciri khas produk, atau
kualitas lebih bagus.
- Menunggu
terlalu lama untuk menaikkan harga
Permintaan yang meningkat atau biaya persediaan yang
meningkat bisa menempatkan Anda kedalam posisi di mana Anda harus memutuskan
apakah menaikkan atau tidak menaikkan harga. Beberapa pemilik bisnis
menghindari kenaikan harga karena mereka takut nasabah akan bereaksi negatif.
Dalam banyak hal, strategi yang lebih baik adalah secara teratur sedikit demi
sedikit menaikkan harga daripada membebani nasabah dengan satu kenaikan harga
yang besar. Dengan kata lain, kenaikan harga 10 persen kemungkinan mengundang
lebih banyak perhatian negatif daripada dua kali kenaikan harga 5 persen.
- Menurunkan
harga tanpa mengubah pengiriman
Sebagian pelanggan mungkin berusaha secara cerdik mendapat
harga yang lebih rendah dari perusahaan Anda. Ini dapat menempatkan Anda dalam
posisi yang sukar, terutama jika Anda menjalankan bisnis berlandaskan jasa.
Mengirim pesanan yang telah disepakati dengan harga yang lebih rendah bisa
mengirim pesan seolah-olah harga awal Anda terlampau tinggi, dan semua bisnis
berikutnya akan terbuka untuk negosiasi harga. Pendekatan yang lebih baik
adalah menerima harga yang lebih rendah, tetapi mengubah sedikit ketentuan
pengiriman. Misalnya, jika Anda sedang merundingkan harga untuk pemasangan
teknis selama tiga bulan, Anda bisa menyetujui biaya proyek yang lebih rendah
kalau jumlah pertemuan mingguan dikurangi atau laporan bulanan dipersingkat.
Opsi lain yang masuk akal untuk pesanan yang besar adalah menetapkan harga yang
lebih rendah sebagai potongan harga karena jumlah besar.
- Menetapkan
harga secara acak
Sebagian nasabah mungkin mendesak untuk mengetahui bagaimana
Anda merancang struktur penetapan harga, sehingga adalah penting untuk bisa
membenarkan dasar-dasar penetapan harga Anda Tambahan pula kecuali Anda cukup
sadar akan bagaimana biaya terkait dengan harga Anda, akan sukar bagi Anda
untuk mengenali kapan waktu yang tepat untuk menyesuaikan penetapan harga Anda.
Daftar Pustaka
· Blaug, Mark (1992). The
methodology of economics, or, How economists explain. Cambridge University Press. hlm. 286. ISBN 0-521-43678-8.
· Leamer, Edward E. (1995). The Heckscher-Ohlin Model in Theory
and Practice. Princeton Studies in International Finance. 77.
Princeton, NJ: Princeton University Press. ISBN 0-88165-249-0.
· Ohlin, Bertil (1967). Interregional and International Trade.
Harvard Economic Studies. 39. Cambridge, MA: Harvard University Press.
· The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com/
Harga dan Faktor produksi
·
The Heckscher-Ohlin Model
Between 1400 and 2000 An econometric analysis of factor prices, commodity
prices, and endowments in intercontinental trade by NBER in 1999. It finds that 19th
century trade patterns and economies can be successfully modelled within
an H-O framework.
share ya
BalasHapusSilahkan...
Hapusijin gan ambil data
BalasHapusSilahkan..
HapusIjin gan, mau ngambil datanya gimana cara nya gan, trims.
BalasHapusbalas..
Silahkan dimatikan java script pada browsernya gan.
Hapussaya mau minta data ini bagaimana caranya trims
BalasHapussaya mau buat makalah okelah terimakasih baet
Hapusya semoga yang puya makalah ini dapat pahala sesuai dengan amalnya
BalasHapusAminnn...
Hapusdeneng makalahe diunduh ora isa kepriwe
BalasHapusmas bagaimana oke
Hapusbaiklah kalau itu mau mu
BalasHapussungguh benar sulit mengunduh makalah ini sabar dan tawakal
BalasHapusgan izin shere
Hapusgan izin mw ngambil...
BalasHapusizin ambil ya mksh
BalasHapusambil yaa
BalasHapusbagaimana cara ambil filenya. isisnya bagus
BalasHapusdimatikan java scrift pada browsernya dik
BalasHapusijin unduh makalahnya ya
BalasHapusijin minta makalah ya
BalasHapusizin copy paste
BalasHapusizin copas
BalasHapuscopas izin
BalasHapusizin copas
BalasHapusizin copas
BalasHapusizin copas
BalasHapusizin copy
BalasHapus